Prinsip Umum Pengajaran Menyimak KK KI KD Menyimak

Tugas Keterampilan Menyimak
Dosen pembimbing : Dr. Abdurrahman M.Pd
“Prinsip Umum Pengajaran Menyimak KK KI KD Menyimak”


Nama:Resti Aulia Rahmi
Nim:20016177
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri padang
2020

 Pendahuluan
Secara garis besar, materi pembelajaran dan bahan ajar mencakupi pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa. Materi pelajaran bahasa Indonesia terdiri atas komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Zulaeha dan Rahman 2009). Aspek menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang dikuasai anak di awal perkembangannya sehingga menyimak perlu mendapat perhatian lebih, terutama dalam dunia pendidikan. Kegiatan menyimak harus dikuasai oleh setiap orang karena keterampilan menyimak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkomunikasi lisan dengan teman, mengikuti kuliah, diskusi, dan seminar menuntut kemahiran seseorang untuk menyimak. Demikian juga menangkap pesan lewat telepon, radio, televisi memerlukan kemahiran menyimak (Tarigan 1986: 2.1)


Pembahasan

 Pembelajaran Menyimak
1.   Hakikat Pembelajaran Menyimak
Tarigan (1994: 28) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Anderson (dalam Tarigan, 1994: 28) menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Namun, menyimak menurut Akhadiat (dalam Sutari, dkk. 1998: 19) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interprestasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak. Menyimak juga merupakan kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interprestasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam tuturan lisan.


2.   Tujuan Menyimak
Secara umum, tujuan menyimak adalah memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan secara khususnya, tujuan menyimak adalah 
(1) untuk memperoleh informasi, 
(2) untuk menganalisis fakta, 
(3) untuk mendapatkan inspirasi, 
(4) untuk mendapatkan hiburan, 
(5) untuk memperbaiki kemampuan berbicara, dan 
(6) untuk membentuk kepribadian.

 
 Soenardji (dalam Dananjaja, 2002: 10). Tujuan menyimak menurut Logan (dalam Tarigan, 1994:56) adalah sebagai berikut.
a. Menyimak untuk belajar, 
b. Menyimak menikmati keindahan audial, 
c. Menyimak untuk mengevaluasi, 
d. Menyimak untuk mengapreasiasikan materi simakan. 
e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide sendiri. 
f.  Menyimak menbedakan bunyi-bunyi dengan tepat. 
g. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis. 
h. Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang diragukan dengan perkataan lain, menyimak secara persuasif.


Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga mempelancar keterampilan berbicara dan menulis. Semakin baik daya simak seseorang maka akan semakin baik pula daya serap informasi atau pengetahuan yang disimak


Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. 

Menguatkan pendapat-pendapat Setiawan di atas, menurut Sutari (1998:21) tujuan menyimak dapat disusun sebagai berikut.
a.    Mendapatkan Fakta
Kegiatan menyimak dengan tujuan memperoleh fakta di antaranya melalui kegiatan membaca, baik melalui majalah, koran, maupun buku-buku. Selain itu, mendapatkan fakta secara lisan dapat diperoleh melalui mendengarkan siaran radio, televisi, hadir dalam pertemuan, menyimak ceramah-ceramah, mengikuti rapat-rapat,  dan sebagainya
b.    Menganalisis Fakta
Tujuan lain lain menyimak adalah menganalisis fakta, yaitu proses menaksir fakta-fakta atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya, menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta itu. 
c.    Mengevaluasi Fakta
Dalam mengevaluasi fakta, penyimak harus mempertimbangkan apakah fakta yang diterima sudah cukup dinilai akurat dan relavan dengan pengetahuan dan pengalamannya, berarti fakta itu dapat diterima. .
d.    Mendapatkan Inspirasi
Penyimak bertujuan mendpatkan inspirasi biasanya menulis fakta baru. Mereka perlu dorongan, gairah, semangat, untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Mereka mengharapkan dengan menyimak berbagai hal yang berhubungan dengan profesinya itu mereka mampu mendapatkan inspirasi disamping memelihara pengetahuannya.
e.    Mendapatkan Hiburan
Hiburan merupakan kebutuhan manusia yang cukup mendasar. Dalam berbagai kehidupan yang serba kompleks ini, kita perlu melepaskan diri dari berbagai tekanan, ketegangan dan kejenuhan. Untuk mendapatkan hiburan tersebut kita biasanya menyimak radio, televisi, film untuk kesenangan batin.
f.     Memperbaiki Kemampuan Berbicara
Dengan menyimak pembicara terpilih dapat memperbaiki kemampuan bicara pembicara. Karena berbicara adalah suatu hal yang tidak mudah. Misalnya seseorang yang belajar bahasa asing, mereka akan menyimak sambil memperbaiki kemampuan berbicaranya.


3.   Manfaat Menyimak
Setiawan (dalam Rahmawati 2007: 20-21) menyatakan bahwa manfaat menyimak sebagai berikut
a. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman.
b. Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu.
c. Memperkaya kosakata, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu dan puitis.
d. Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup serta membina sifat terbuka dan objektif.
e. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.
f.  Meningkatkan citra artistik jika yang disimak merupakan bahan simakan yang isi dan bahasanya halus.
g. Menggugah kreativitas dan semangat cipta untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. 
Dalam tulisan ini manfaat utama yang ingin diperoleh adalah memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif. Hal ini dikarenakan menyimak yang dilaksanakan dalam tulisan ini adalah menyimak informasi yang di dalamnya terdapat ide-ide yang cemerlang serta pengalaman hidup yang berharga, sehingga akan mendorong kita untuk lebih kreatif dan inovatif dalam berkarya.


4.   Ragam Menyimak
Ragam menyimak menurut Tarigan (1994: 35-49) sebagai berikut.
a.     Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Jenis-jenis menyimak ekstensif, antara lain sebagai berikut.
1) Menyimak Sosial (social listening), atau menyimak percakapan (conversational listening) atau menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi–situasi sosial tempat orang-orang bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan (Dawson dalam Tarigan 1994: 153). Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status sosial, unsur sopan santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: Seorang anak jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Dalam hal ini, nenek memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran sasaran.
2) Menyimak Sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening). Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya, jika seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orng lain, suara siaran radio, suara televisi, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia tidak terganggu oleh suara tersebut.
3) Menyimak Estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciation listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk dalam menyimak ekstensif. Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Misalnya, menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu, dan sebagainya. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini, emosi penyimak akan tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi tersebut. Demikian pula pembacaan cerita pendek. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang pengarang terkenal Gunawan Mohammad yang sering membacakan cerpen-cerpennya melalui radio. Banyak remaja mendengarkan pembacaan tersebut. Para remaja tampaknya dapat menikmati dan menghayati cerpen yang dibacakan tersebut.
4) Menyimak Pasif, adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa. Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan ketidaksengajaan.
b.    Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif merupakan kebalikan dari menyimak ekstensif. Jika menyimak ekstensif diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru, maka menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Jenis-jenis menyimak intensif antara lain sebagai berikut.
1) Menyimak Kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa kegiatan untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat. Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguhsungguh untuk memberikan penilain secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran. dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah (a) mengamati tepat tidak ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan mengapa menyimak, dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini dalam menyimak. dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak? dapatkah penyimak menafsirkan makna idium, ungkapan, dan majas dalam kegiatan menyimak” (Kamidjan, 2001:22).
2) Menyimak Konsentrasif (concebtrative listening). Kegiatan menyimak ini sejenis menyimak telaah. Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak. Kegiatan menyimak konsentratif bertujuan untuk (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari hubungan antarunsur dalam menyimak. (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen. (d) mencari butir-butir informasi penting dalam kegiatan menyimak, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak (Kamidjan, 2001:23).
3) Menyimak Kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya. Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda. bahasa Jerman. dan sebagainya, (b) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara. namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
4) Menyimak Eksploratif (exploratory listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud menyelidiki sesuatu yang lebih terarah dan lebih sempit. Menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan (a) menemukan gagasan baru. (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) menemukan topik-topik baru yang dapat dikembang pada masa yang akan datang. (d) menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
5) Menyimak Interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara. Dalam kegiatan menyimak ini penyimak akan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya kepada sang pembicara. Menyimak interogratif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.
 Kegiatan menyimak interogratif bertujuan untuk 
(a) mendapatkan fakta-fakta dari pembicara,
(b) mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik
(c) mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
6) Menyimak Selektif (selective listening) bertujuan untuk melengkapi menyimak pasif. Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk, bahasa yang sedang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. 
 Adapun ciri menyimak selektif ialah: 
(a) menyimak dengan saksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan,
 (b) menyimak dengan memperhatikan topik-topik tertentu, 
(c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
Dalam tulisan ini ragam menyimak yang diterapkan adalah menyimak kritis, (critical listening) yang bertujuan untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara sehingga dapat dijadikan teladan.


5.   Faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Beberapa pakar atau ahli mengemukakan beberapa jenis faktor yang mempengaruhi menyimak. Menurut Hunt (dalam Tarigan, 1994: 97) ada lima faktor yang mempengaruhi menyimak, yaitu sikap, motivasi, pribadi, situasi, kehidupan, dan peranan dalam masyarakat, sedangkan Webb (dalam Tarigan, 1994: 98) mengemukakan empat faktor, yaitu lingkungan, fisik, psikologis, dan pengalaman.
Dari persamaan dan perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak oleh tiga ahli di atas, Tarigan (1994: 99-107) menyimpulkan ada delapan faktor yang mempengaruhi menyimak sebagai berikut.
a. Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor yang penting dalam menentukan keefektifan serta kualitas menyimak. Kesehatan dan kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting yang turut menentukan bagi setiap penyimak.
b. Faktor psikologis juga mempengaruhi proses menyimak. Faktor psikologis dibedakan menjadi dua, yaitu faktor psikologis yang positif memberi pengaruh yang baik, dan faktor psikologis yang negatif memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak.
c. Faktor pengalaman, kurangnya minat merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali pengalaman dalam bidang yang disimak. Sikap antagonis adalah sikap yang menentang pada permusuhan yang timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Faktor sikap, sikap seseorang akan berpengaruh dalam kegiatan menyimak karena pada dasarnya manusia memiliki dua sikap yaitu menerima dan menolak. Kedua sikap tersebut memberi dampak dalam menyimak, yaitu dampak positif dan dampak negatif.
e. Faktor motivasi, merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang. Jika motivasi kuat, maka dapat dipastikan orang itu akan berhasil mencapai tujuannya. Motivasi berkaitan dengan pribadi atau personalitas seseorang. Kalau kita yakin dan percaya bahwa pribadi kita mempunyai sifat kooperatif, tenggang hati, dan analitis, kita akan menjadi penyimak yang lebih baik dan unggul daripada berpikir bahwa diri kita malas, bersifat argumentatif, dan egosentris.
f.  Faktor jenis kelamin, Julian Silverman menemukan fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrunsif (bersifat mengganggu), berdikari atau mandiri, sanggup mencukupi kebutuhan sendiri (swasembada), dapat menguasai dan mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif, ramah atau simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah dipengaruhi, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak mandiri), dan emosional.
g. Faktor lingkungan, berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana dalam pembelajaran menyimak. Lingkungan sosial mencakup suasana yang mendorong anak-anak untuk mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide-ide.
h. Faktor peranan dalam masyarakat, kemampuan menyimak kita dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, maka kita ingin sekali menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran di tanah air kita atau luar negeri. Perkembangan pesat yang terdapat dalam bidang keahlian kita menuntut kita untuk mengembangkan suatu teknik menyimak yang baik.
Jadi, dari beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi menyimak dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyimak dipengaruhi oleh faktor fisik, faktor psikologis, faktor pengalaman, faktor sikap, faktor motivasi, faktor jenis kelamin, faktor lingkungan, dan faktor peranan dalam masyarakat.


6.   Unsur-unsur Menyimak
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. 

Unsur-unsur dasar menyimak ialah 

(1) pembicara,

 (2) penyimak, 

(3) bahan simakan, dan 

(4) bahasa lisan yang digunakan. 


7.   Kendala Menyimak
Dalam proses menyimak ada beberapa kendala yang sering ditemui para penyimak. Russel dan Black (dalam Marlina 2007:27-30) menyatakan ada tujuh kendala dalam menyimak sebagai berikut.
a. Keegosentrisan, yaitu sifat mementingkan diri sendiri (egois) mungkin saja merupakan cara hidup sebagian orang. Dia lebih senang didengar orang daripada mendengarkan pendapat orang lain. Sifat seperti ini merupakan kendala dalam menyimak.
b. Keengganan untuk terlibat. Keengganan menanggung resiko, jelas menghalangi kegiatan menyimak karena menyimak adalah salah satu kegiatan yang harus melibatkan diri dengan sang pembicara.
c. Ketakutan dan perubahan. Apabila ingin menjadi penyimak yang baik, harus rela mengubah pendapat bahkan bila perlu harus berani mengubah dan menukar pendapat sendiri kalau memang ada pendapat atau gagasan yang lebih diandalkan dari orang lain.
d. Keinginan untuk menghindari pertanyaan, dengan alasan jawaban yang diberikan akan memalukan, hal ini merupakan kendala dalam diskusi, kegiatan berbicara, dan menyimak.
e. Puas terhadap penampilan eksternal. Apabila merasa puas dengan tanda simpatik itu maka kita akan gagal menyimak lebih intensif lagi untuk melihat kalau pengertian itu benar-benar wajar. Orang yang merasa cepat puas karena telah mengetahui maksud pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak baik.
f.  Pertimbangan yang prematur, apabila ada sesuatu yang prematur, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar. Hal itu merupakan contoh penyimak yang jelek, dan sifat seperti itu justru menghalanginya menjadi penyimak yang efektif.
g. Kebingungan semantik. Makna suatu kata tergantung kepada individu yang memakainya dalam situasi tertentu dan waktu tertentu. Seseorang yang ingin menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai kosakata yang memadai.
Jadi, dalam kegiatan menyimak terdapat kendala yang ditemui oleh penyimak. Kendala tersebut, yaitu keegosentrisan, keenganan ikut terlibat, ketakutan akan perubahan, keinginan menghindari pertanyaan, puas terhadap penampilan eksternal, pertimbangan yang prematur, dan kebingungan semantik.


8.   Tahap-tahap Menyimak
Tarigan (1991: 15) mengemukakan proses menyimak berdasarkan beberapa para ahli diantaranya, yaitu menurut Logan proses menyimak terbagi atas tiga tahap, yaitu pemahaman, penginterpretasian, dan penilaian, sedangkan menurut Logan dan Greene, membagi proses menyimak atas empat tahap yaitu mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi.
Menurut Welker membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yaitu mendengar, memperhatikan, mempersepsi, menilai, dan menanggapi. Dari beberapa pendapat ahli yang saling melengkapi tersebut, maka proses menyimak dapat mencakup enam tahap sebagai berikut.
a.    Tahap Mendengar
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian yang terpusat. Dalam tahap ini baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya, jadi kita masih berada dalam tahap hearing.
b.    Tahap Memahami
Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali, dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana. Setelah mendengar, tentunya ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara, sampailah kita pada tahap understanding.
c.    Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran pembicara, dia pasti ingin menafsirkan atau meginterpretasi isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran pembicara. Dengan demikian penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
d.    Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara, keunggulan dan kelemahan, serta kebaikan dan kekurangan. Penyimak sudah sampai pada tahap evaluating.
e.    Tahap Menanggapi
Setelah semua tahap dilewati, penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara dalam ujarannya. Penyimak sampai pada tahap akhir yakni tahap responding.
Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan himbuan itu secara cermat dan teliti.Berdasarkan tahap-tahap menyimak di atas, maka tahap menyimak yang dilaksanakan dalam tulisan ini adalah tahap menginterpretasi.
9.   Teknik Menyimak Efektif
Untuk dapat menyimak dengan baik, perlu mengetahui syarat menyimak efektif. Adapun syarat tersebut ialah: (1) menyimak dengan berkonsentrasi , (2) menelaah materi simaka, (3) menyimak dengan kritis, dan (4) membuat catatan. (Universitas Terbuka, 1985: 35). Berikut ini adalah masing-masing hal itu.
a.    Menyimak dengan Berkonsentrasi
Yang dimaksud dengan menyimak berkonsentrasi ialah memusatkan pikiran perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak, baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun yang berasal dari luar.
b.    Menelaah Materi Simakan
Untuk menelaah materi simakan, penyimak dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) mencari arah dan tujuan pembicaraan, 2) mencoba membuat penggalan-penggalan pembicaraan dari awal sampai akhir, 3) menemukan tema sentral (pokok pembicaraan. 4) mengamati dan memahami alat peraga (media) sebagai penegas materi simakan. 5) memperhatikan rangkuman (jika pembicara membuat rangkuman) yang disampaikan pembicara.
c.    Menyimak dengan Kritis
Yang dimaksudkan dengan menyimak kritis ialah aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga mereka meminta argumentasi pembicara. Pada dasarnya penyimak kritis memiliki ciri-ciri: 1) dapat menghubungkan yang dikaitakan pembicara dengan pengetahuan dan pengalamannya, 2) dapat menyusun bahan yang telah disimak dengan baik (reproduksi), 3) dapat menguraikan (menelaskan) apa saja yang telah disampaikan pembicara. dan 4) dapat melakukan evaluasi terhadap bahan yang telah disimak.
d.    Membuat Catatan
Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Catatan itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan. 
Hal-hal penting yang perlu diketahui penyimak dalam mencatat ialah: 
1) catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informal. 
2) bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas. 
3) catatan yang baik ialah catatan yang benar artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan, 
4) catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan mempermudah penyimak membaca ulang, 
5) catatan perlu direviu secara periodik. 
Selanjutnva. dalam pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka garis besar, metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan


10. Teknik Peningkatan Daya Simak
Telah disebutkan di atas bahwa pada saat menyimak. Anda perlu berkonsentrasi terhadap apa yang Anda simak. Selain konsentrasi, faktor lain yang juga beperan besar dalam kegiatan menyimak adalah penguasan kosakata. Hal ini terjadi karena penangkapan makna merupakan bagian integral dari poses menyimak. Orang dewasa dikatakan memiliki kosakata minimum apabila ia hanya memiliki rata-rata kosakata sekitar 20.000 kata.
Selajutnya. untuk meningkatkan daya simak Anda. ada beberapa teknik yang dapat dilakukan. di antaranya adalah teknik loci, teknik penggabungan, dan teknik fonetik (Sutari dkk. 1997: 67-70). Berikut ini adalah peniciasan teknik-teknik tersebut.
a.    Teknik Loci (Loci System)
Teknik loci merupakan salah satu teknik mengingat yang paling tradisional. Teknik ini pada dasamva merupakan teknik mengingat dengan cara memvisualisasikan materi yang harus diingat dalam ingatan Anda. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari urutan informasi dengan informasi lain yang serupa, dan mencocokan hal-hal yang akan diingat dengan lokasi tersebut.
b.    Teknik Penggabungan
Teknik penggabungan merupakan teknik mengingat dengan cara menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama yang akan Anda ingat secara berantai dengan pesan kedua, ketiga. dan seterusnva. Pesan berantai itu dihubungkan pula dengan imaji-imaji tertentu yang perlu divisualkan secara jelas dalam pikiran Untuk mencegah terjadinya kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), pesan pertama perlu dihubungkan tersebut dengan lokasi yang akan mengingatkan Anda pada item tadi.
c.    Teknik Fonetik
Teknik fonetik melibatkan penggabungan angka-angka, bunyi-bunvi fonetis, dan kata-kata yang mewakili bilangan-bilangan itu dengan pesan yang akan diingat. Teknik ini dapat membentuk imaji visual yang kuat untuk masing-masing kata yang berhubungan dengan bilangan; dan membentuk penggabungan visual antara masing-masing pesan yang akan diingat secara berurutan dengan masing-masing kata yang terbentuk dari kata-kata yang divisualisasikan.
Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat
11.  Pemilihan Materi Simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyima. Yang dimaksud dengan bahan simakan adalah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, maka pesdan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam berkomunikasi. Subyantoro dan Hartono (2003: 5-7) menyatakan bahwa bahan pembelajaran menyimak harus menarik minat dan dekat dengan kebutuhan siswa, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.    Keluasan Materi Ajar
Materi ajar menyimak dapat diambil dari berbagai sumber. Materi ajar hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Materi yang sesuai, cocok dengan kemampuan siswa akan menghasilkan proses belajar mengajar yang memuaskan dan menyenangkan, baik bagi siswa maupun guru. Materi menyimak memiliki beberapa tujuan yaitu:
1) materi yang bertujuan untuk mendapatkan respons penyimak berupa bunyi-bunyian, baik berupa suara, suku kata, kata, frasa, klausa, maupun kalimat,
2) materi yang memerlukan pemusatan perhatian, yakni menentukan gagasan pokok pembicaraan dan gagasan penunjang,
3) materi yang bertujuan membandingkan atau mempertentangkan dengan pengalaman atau pengetahuan menyimak,
4) materi yang bertujuan untuk menuntut penyimak berpikir kritis, yakni melalaui proses analisis,
5)  materi yang bertujuan untuk menghibur bersifat santai,
6)  materi yang bertujuan untuk informatif, dan
7) materi yang bertujuan untuk deskriminatif yakni penyimak setelah mendapat pesan dapat memberikan reaksi yang sesuai dengan keinginan pembicara (Sutari dkk. 1997: 120).
b.    Keterbatasan Waktu
Dalam pembelajaran, guru dituntut untuk dapat menyesuaikan waktu yang tersedia dengan bahan yang akan diajarkan.
c.    Perbedaan Karakteristik Pembelajar
Perbedaan karakteristik pembelajar ditentukan oleh berbagai faktor antara lain minat, bakat, intelegensi, dan sikap. Hal itu merupakan pertimbangan khusus bagi guru untuk memilih bahan simakan yang selaras dengan bakat, minat, dan sikap pembelajar.
d.    Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Pada dasarnya, bahan pembelajaran menyimak harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Bahan pembelajaran menyimak harus menarik, selaras, dan autentik. Menarik yang dimaksud adalah agar siswa tertarik untuk menerima bahan simakan dengan perhatian yang sungguh-sungguh. Selaras, merupakan syarat utama dalam proses pembelajaran menyimak. Kegagalan pembelajaran menyimak lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan pembelajar terhadap makna, baik makna gramatikal, klasikal maupun kultural dalam bahan ajar. Terakhir adalah autentik (asli), keautentikan bahan menyimak dapat ditemukan di lingkungan sekitar siswa.
Berbagai macam kriteria yang dapat digunakan sebagai patokan dalam memilih bahan simakan. Semakin memenuhi butir-butir di bawah ini maka semakin baiklah bahan simakan tersebut. Kriteria bahan simakan yang baik adalah sebagai berikut.
Tema harus up to date. Bahan-bahan mutakhir yang terbaru, yang muncul dalam kehidupan biasanya menarik perhatian. Oleh sebab itu sang pembicara harus pandai memilih salah satu topik masalah yang masih menjadi buah pembicaraan dalam masyarakat. Kalau hal ini dapat diseleksi dengan baik, tentu pembicaraan yang disajikan pasti menarik perhatian, sebab semua orang ingin tahu akan masalah itu dan bagaimana cara pemecahannya atau penyelesaiannya.
Tema terarah dan sederhana. Tema pembicaraan jangan terlalu luas. Cakupan pembicaraan yang terlalu luas takkan terjangkau oleh para penyimak. Pilihlah salah satu topik yang sederhana, jangan terlalu rumit dan sukar, yang muncul dari kehidupan sehari-hari. Bahan pembicaraan yang terlalu mengambang serta rumit tidak akan menarik perhatian, malahan membosankan dan membingungkan para penyimak. Harus diingat bahwa yang sederhana tidak harus diidentikkan dengan jelek dan tidak berguna.
Tema bersifat sugestif dan evaluatif. Tema atau topik pembicarran haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga merangsang penyimak untuk berbuat dengan tepat serta dapat memberi penilaian tepat tidaknya, baik buruknya tindakan yang akan dilaksanakan. Pokok pembicaraan harus dapat menggugah serta merangsang para penyimak untuk berbuat, bertindak, dan berkata dalam hatinya: Sayapun pasti dapat dan berhasil mengerjakan hal serupa itu.
Tema bersifat motivatif. Topik atau tema pembicaraan seyogyanya dapat memberikan dorongan kuat untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Dapat memotivasi par apenyimak untuk bekerja lebih tekun untuk mencapai hasil yang lebih baik. Tentunya sang pembicara tidak mengharapkan kurangnya motivasi berbuat dan bertindak para penyimak setelah menyimak ceramah atau ujarannya.
Pembicara harus dapat menghibur. Manusia hidup membutuhkan hiburan, apalagi setelah bekerja berat seharian. Dengan menyimak sesuatu, maunya orang bisa melupakan kesusahan atau masalah hidup, paling sedikit buat sementara, pada saat menyimak itu. Oleh sebab itu sang pembicara harus pandai berkelakar, membuat humor yang dapat membuat para penyimak tertawa, kalau perlu sampai terbahak-bahak.
Bahasa sederhana mudah dimengerti. Banyak orang beranggapan bahwa suatu ceramah, kuliah, atau pembicaraan yang bermutu harus diiringi oleh kata-kata yang pelik, istilah-istilah baru, dan kalimat-kalimat yang panjang serta rumit. Anggapan itu keliru. Dengan bahsa yang “sederhana” pun pesan dapat disampaikan kepada para penyimak. Justru dengan bahasa yang sederhana, tema atau topik pembicaraan lebih mudah dipahami, lebih cepat dimengerti, komunikasi berjalan lasncar tanpa kendala kebahsaan. Oleh karena itu sang pembicara harus dapat mempergunakan bahasa yang sederhana, yang mudah dimengerti, serta diselang-seling dengan humor dan petatah-petitih.
Komunikasi dua arah. Alangkah baiknya jika suatu ceramah memberi kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat kepada para penyimak. Jadikanlah forum komunikasi itu menjadi komunikasi dua arah. Sang pembicara harus mengusahakan timbulnya dialog dia dengan partisipan, walaupun hal ini menuntut pengetahuan umum yang luas. Komunikasi itu jangan dibicarakan menjadi ajang duolog melulu, yang membuat perhatian penyimak pudar atau hilang sama sekali. Beri kesempatan berbicara juga kepada penyimak, saling berganti agar komunikasi hidup, bersifat dua arah, merupakan dialog

12.  Penilaian Keterampilan Menyimak
Penilaian keterampilan menyimak dilakukan terhadap proses dan penilaian hasil. Penilaian hasil hanya merujuk pada hasil simakan siswa yang berupa respon atau jawaban-jawaban terhadap pertanyaan, sedangkan penilaian pada proses dilakukan dengan menggunakan model instrumen penilaian yang dirancang guru. Nurgiyantoro (1988:218) menyatakan bahwa evaluasi kemampuan menyimak dilaksanakan dengan teknik tes dan nontes. Tes keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap dan memahami informasi yang terkandung di dalam wacana yang diterima melalui saluran pendengaran. Untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan, maupun jenis-jenis wacana.
a.    Tes Kemampuan Menyimak Tingkat Ingatan
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ini sekadar menuntut siswa untuk mengingat fakta atau menyatukan kembali fakta-fakta yang terdapat di dalam wacana yang telah diperdengarkan. Fakta dalam wacana dapat berupa tanggal, tahun, peristiwa dan sebagainya. Bentuk tes yang dipergunakan dapat berupa bentuk tes objektif, isian singkat, ataupun bentuk pilihan ganda.
b.    Tes Kemampuan Menyimak Tingkat Pemahaman
Tes keterampilan menyimak pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dipergunakan. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman terhadap isi wacana, hubungan antar kejadian, hubungan antar ide, hubungan sebab akibat, dan sebagainya. Pemahaman pada tingkat ini belum benar-benar kompleks (belum menuntut kerja kognitif yang tinggi). Bentuk tes yang digunakan esai ataupun bentuk objektif.
c.    Tes Kemampuan Menyimak Tingkat Penerapan
Diharapkan siswa dapat menerapkan konsep atau masalah tertentu pada situasi yang baru. Misalnya, diperdengarkan beberapa buah wacana dengan gambar yang sesuai.
d.    Tes Kemampuan Menyimak Tingkat Analisis
Tes keterampilan menyimak pada tingkat analisis menuntut siswa untuk melakukan kerja analisis, untuk memilih alternatif jawaban yang tepat. Analisis yang dilakukan berupa analisis detil-detil informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab-akibat dan lain-lain.
Jawaban terhadap pertanyaan dapat dinilai berdasarkan tepat tidaknya jawaban dengan melakukan penskoran berdasarkan jumlah soal dan bobot soal, sedangkan hasil simakan siswa yang berupa respon dinilai berdasarkan tepat tidaknya respon itu dengan apa yang akan diungkapkan atau diperintahkan dalam bahan simakan (Subyantoro & Hartono, 2003: 14). Aspek-aspek penilaian ditentukan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar. Penilaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan model instrumen yang dirancang oleh guru.
Dari beberapa kemungkinan tes yang digunakan untuk mengukur keterampialan siswa dalam menyimak informasi melalui tuturan langsung pada tulisan ini termasuk ke dalam tes keterampilan menyimak tingkat analisis. Tes keterampilan menyimak tingkat analisis digunakan pada tulisan ini karena tes ini menuntut siswa untuk melakukan kerja analisis, untuk memilih alternatif jawaban yang tepat. Analisis yang dilakukan berupa analisis detil-detil informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab-akibat, dan simpulan dari informasi yang didengar.
13. Pembelajaran Menyimak
Dalam proes pembelajaran di kelas, sebagian besar waktu yang digunakan oleh siswa adalah untuk kegiatan mendengar atau menyimak. Akan tetapi, kegiatan tersebut bukanlah merupakan pengertian kegiatan menyimak dalam proses pembelajaran keterampilan menyimak yang sedang difokuskan. Purwo (dalam Depdiknas 2003:3) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran menyimak yang sedang difokuskan perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.
Pertama, pembelajaran menyimak perlu diwujudkan ke dalam kegiatan tertentu, misalnya mendengarkan kaset berupa pidato atau ceramah, musik atau dialog, radio atau menyimak seseorang yang membaca teks, bercerita atau menjelaskan sesuatu secara lisan. Jika teks yang dibacakan ada di dalam buku yang dimiliki siswa, maka buku harus ditutup dulu. Macam yang didengar dapat dilakukan secara bervariasi. Kedua, kegiatan tersebut perlu dibatasi waktunya, misalnya 10-15 menit. Hal ini mengingat menyimak membutuhkan konsentrasi yang penuh, sehingga tidak mungkin berlama-lama tanpa batas waktu. Ketiga, kegiatan menyimak harus mempunyai tujuan yang jelas dan terarah, misalnya untuk menguji pemahaman siswa. Selesai kegiatan menyimak, siswa diuji dengan menjawab pertanyaan (lisan maupun tulis), mengungkapkan kembali (lisan atau tulis), atau mendaftar butir-butir pokok dari teks yang disimak.
Menyimak bisa juga bertujuan untuk mencari istilah tertentu, misalnya istilah-istilah yang terkait dengan tema olahraga, kependudukan, lingkungan, dan sebagainya. Tujuan menyimak sebaiknya sudah disampaikan terlebih dahulu kepada siswa, sebelum kegiatan menyimak dilakukan. Selain itu, materi dalam pembelajaran menyimak juga harus sesuai dengan kelayakan dan kebutuhan siswa. Adapun materi pembelajaran menyimak yang sesuai dan layak sebagai berikut. Pertama, materi pembelajaran menyimak yang disajikan dalam bentuk media cetak. Materi pembelajaran menyimak jenis ini akan membuat pembelajaran tidak kondusif. Hal ini disebabkan proses menyimak yang siswa lakukan berasal dari materi yang dibacakan oleh guru atau siswa lainnya.
Kedua, materi yang berupa CD interaktif. Materi pembelajaran jenis ini akan mengajak siswa untuk bersama-sama melihat secara langsung audio visual dalam pembelajaran menyimak. Materi pembelajaran menyimak jenis ini akan membuat siswa senantiasa fokus pada pembelajaran. Namun, siswa akan mengalami kejenuhan apabila dihadapkan pada layar monitor selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, guru juga kurang dapat berperan dalam pembelajaran.
Ketiga, materi pembelajaran menyimak yang disajikan dalam bentuk cetak dan CD. Materi pembelajaran jenis ini akan membuat siswa belajar dua arah, yaitu belajar pada media cetak dan media audio visual yang telah disediakan. Hal ini diharapkan dapat membuat siswa semakin aktif untuk mengeksplorasi dirinya. Selain itu, guru memiliki peran penting untuk tetap menjadi fasilitator siswa selama pembelajaran.


Kesimpulan
Tarigan (1994: 28) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan
Secara umum, tujuan menyimak adalah memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan secara khususnya, tujuan menyimak adalah 
(1) untuk memperoleh informasi, 
(2) untuk menganalisis fakta, 
(3) untuk mendapatkan inspirasi, 
(4) untuk mendapatkan hiburan, 
(5) untuk memperbaiki kemampuan berbicara, dan 
(6) untuk membentuk kepribadian. 
ragam menyimak yang diterapkan adalah menyimak kritis, (critical listening) yang bertujuan untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara sehingga dapat dijadikan teladan.
 meningkatkan daya simak beberapa teknik yang dapat dilakukan. di antaranya adalah teknik loci, teknik penggabungan, dan teknik fonetik 


Penutup
Daftar Pustaka
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Purwadi dan Swandono. 2000. BPK Menyimak Bahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Subyantoro dan Bambang Hartono. 2003. Pengembangan Kemampuan Berbahasa Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Terintegrasi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2003.
Sutari, Ice, Tiem Kartimi, dan Vismaia. 1997. Menyimak. Jakarta. Depdikbud.
.Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago. 1994. Menyimak sebagai Suatu Pengantar Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini