Pengembangan Keterampilan Menyimak

 Tugas keterampilan menyimak

“Pengembangan Keterampilan Menyimak”

Dosen pembimbing: Dr. Abdurrahman M. Pd







Oleh:

Nama : Resti Aulia Rahmi

Nim : 20016177

Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia


UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020 

Pengembangan Keterampilan Menyimak


Pendahuluan

pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dapat dibedakan atas pembelajaran menyimak, pembelajaran berbicara, pembelajaran membaca, dan pembelajaran menulis. Ini berarti bahwa pembelajaran menyimak merupakan salah satu komponen pembelajaran bahasa Indonesia. Secara umum tujuannya adalah meningkatkan kemampuan menyimak siswa.

Keterampilan menyimak saat ini bagi sebagian guru lebih pada kemampuan menyimak bukan pada menyimak sebagai suatu proses dan mekanika sehingga diperlukan keterampilan dalam meramuteknolgi sebagai media pembelajaran yang apik. Padahal dukungan teknologi dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan menyimak mereka melalui radio, kaset audio, televisi, video, dan komputer atau media internet dengan berbagai laman yang ada


Pembahasan

A. Pengertian PembelajaranMenyimak

Secara umum kata menyimak diartikan dengan mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara kata mendengar dan menyimak. Tarigan (1987:27) menyatakan, “Memang tidak dapat disangkal bahwa di atas bumi ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja.” Dengan demikian menyimak dapat diartikan dengan mendengarkan atau mendengar dengan penuh perhatian. Perbuatan menyimak atau mendengarkan bersifat sengaja dan bertujuan, sedangkan mendengar bisa saja tidak sengaja dan tanpa tujuan.

Menyimak dapat dipandang sebagai suatu proses. Achsin (1981:3) menyatakan, “Menyimak tergolong kegiatan mental yang kreatif, lebih aktif daripada mendengar. Di dalamnya terdapat proses mental (psikis) dalam berbagai strata, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, proses penyusunan pemahaman dan penafsiran sampai ke proses penggunaan dan penyimpanan bunyi yang diterima itu.” Hal ini senada dengan tahap-tahap kegiatan menyimak menurut pendapat Lilian M. Logan dkk. dan pendapat Walter Loban dkk. sebagaimana dikutip Tarigan (1987:58-59), yakni sebagai berikut.

  • Tahap mendengar (hearing), yaitu mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran ataupembicaraannya.
  • Tahap memahami (understanding), yaitu memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara.
  • Tahap menginterpretasi (interpreting), yaitu menafsirkan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.
  • Tahap mengevaluasi (evaluating), yaitu mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara tentang kebaikan dan kekuranganpembicara.
  • Tahap menanggapi (responding), yaitu menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara dalam ujaran ataupembicaraannya.

Selain itu, menyimak dapat juga dipandang sebagai aktivitas berkomunikasi dengan menggunakan lambang-lambang lisan yang diujarkan oleh pembicara. Menyimak merupakan rangkaian kegiatan memahami dan menyerap

gagasan ataupun pendapat yang disampaikan pembicara dengan menggunakan bahasa lisan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah rangkaian kegiatan mendengar ujaran atau pembicaraan, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi gagasan atau pendapat yang dinyatakan oleh ujaran atau pembicaraan itu. Dalam hal ini, orang yang melakukan perbuatan menyimak disebut penyimak. Bahan yang disimak oleh penyimak, disebut simakan. Lalu, yang menghasilkan ujaran atau yang menyampaikan pembicaraan, disebutpembicara.

Selanjutnya, kata pembelajaran terbentuk dari konfiks peN-an dan kata belajar. Secara umum dapat dinyatakan bahwa belajar adalah perbuatan memperoleh kepandaian atau berlatih. Parera (1997:24-25) menyatakan, “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.”

Belajar dapat dipandang sebagai suatu proses. Menurut N.L. Gage dan

D.C. Berliner seperti dikutip oleh Dahar (1989:11), “… belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.” Dengan tegas Driscoll (1994:9) menyatakan bahwa siswa dinyatakan sudah belajar apabila sudah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya sebagai akibat interaksinya dengan lingkungan.

Menurut Gregory Kimble dan Norman Garmezy seperti dikutip oleh Brown (1980:7), “Belajar merupakan suatu perubahan yang tetap dalam kecenderungan perilaku dan merupakan akibat dari praktik yang dilakukan.” Senada dengan hal itu, Morgan dalam Sagala (2007:13) menyatakan, “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

Berdasarkan informasi tentang belajar di atas, dapat dinyatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas yang dilakukan untuk mencapai perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam bidang pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Dalam hal ini, seseorang dikatakan sudah belajar apabila dia sudah melalui proses aktivitas tertentu, yang menyebabkannya sudah memperoleh sesuatu yang baru baik dalam bidang pengetahuan, keterampilan, maupun sikap sebagai tambahan pada apa yang telah dimilikinya.

Konfiks peN-an pada kata pembelajaran berarti hal, cara, atau proses membuat siswa melakukan perbuatan belajar. Hal ini senada dengan pendapat Parera (1997:24-25) yang menyatakan, “pembelajaran bermakna proses membuat atau menyebabkan orang lain belajar.”

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menyimak adalah proses menyebabkan siswa melakukan rangkaian kegiatan mendengar ujaran atau pembicaraan, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi gagasan atau pendapat yang dinyatakan oleh ujaran atau pembicaraan itu. Dalam hal ini, pembelajaran menyimak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa.

B. Pengembangan Kualitas PembelajaranMenyimak

Berdasarkan penyebab-penyebab kurang efektifnya pembelajaran menyimak bahasa Indonesia di sekolah, pada bagian ini dibicarakan beberapa upaya pengembangan  kualitas pembelajarannya, yakni sebagai berikut.

  • Menggunakan Teknik Pembelajaran yang Relevan danBervariasi

Berdasarkan pandangan pembelajaran sebagai suatu sistem, guru Bahasa Indonesia tidak boleh menentukan teknik pembelajaran secara sembarang dalam perencanaan pembelajaran menyimak. Berdasar pada KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), misalnya, teknik pembelajaran yang harus dipilih adalah teknik pembelajaran yang benar-benar relevan untuk mencapai kompetensi dasar atau tujuan pembelajaranmenyimak.

Selain memperhatikan relevansinya dengan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang harus dicapai, teknik pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menyimak bahasa Indonesia di sekolah, harus bervariasi. Upaya ini bertujuan untuk mewujudkan pembelajaran menyimak yang menarik perhatian dan menyenangkan siswa disekolah.

Selain teknik dengar – jawab yang biasa digunakan di sekolah, masih banyak teknik lain sebagai pilihan, yakni sebagai berikut. 

Teknik dengar – terka, 

yaitu teknik yang menuntut reaksi siswa menerka secara lisan denganspontan.

Teknik dengar –tanya

 Dengan teknik ini guru membacakan atau memperdengarkan rekaman kalimat-kalimat yang merupakan jawaban pertanyaan. Kemudian siswa bertanya sesuai dengan jawaban yang telah dibacakan atau diperdengarkan oleh guru.

Teknik dengar –sanggah 

Dengan teknik ini guru membacakan atau memperdengarkan rekaman beberapa kalimat pertanyaan yang salah, kemudian siswa menyanggah, membantah, dan memprotes pertanyaan – pertanyaan itu. 

Teknik dengar –cerita

Dengan teknik ini guru membacakan atau memperdengarkan rekaman sebuah cerpen atau puisi. Setelah itu, beberapa siswa secara satu per satu disuruh menceritakan kembali secara singkat garis besar cerita atau puisi itu.

Teknik dengar – bisikberantai

Dengan teknik ini siswa berlatih menyimak pesan dari seseorang (boleh dari guru atau siswa tertentu) melalui berbisik, kemudian menyampaikan pesan itu kepada siswa lain, seperti apa yang disimaknya. Dalam pelaksanaanya seluruh siswa dalam satu kelas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok dapat beranggotakan 10-15 orang.

Teknik dengar –baca

Dengan teknik ini guru membagikan sebuah bacaan, kemudian guru menyuruh siswa untuk membacanya dalam hati. Di dalam kelas siswa terbagi atas 5-6 kelompok. Setelah itu, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan isi bacaan.

Teknik dengar – tulis(dikte)

Teknik dengar – tulis (dikte) mirip dengan teknik dengar – ulang (ucap). Materi yang digunakan dalam penggunaan teknik dengar – ulang (ucap), dapat digunakan dalam penggunaan teknik dengar – tulis. Teknik dengar – ulang (ucap) menuntut reaksi bersifat lisan, sedangkan teknik dengar – tulis (dikte) menuntut reaksi yang bersifat tulisan.

Teknik dengar –salin

Penggunaan teknik ini menimbulkan reaksi siswa untuk menyalin dengan baik hasil simakannya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Satu contoh pemilihan teknik pembelajaran menyimak dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalnya, kompetensi dasar yang hendak dicapai oleh siswa adalah kompetensi dasar nomor 10), yaitu merangkum isi pembicaraan dalam wawancara (dapat dilihat pada bagian pendahuluan). Untuk mencapai kompetensi itu, guru dapat memilih teknik dengar – tulis (dikte). Dalam hal ini, guru dapat memperdengarkan rekaman sebuah wawancara kepada siswa, kemudian siswa ditugaskan menulis rangkuman (ringkasan) isi pembicaraan dalam wawancara itu.

Tentunya, sebelum kegiatan menyimak dilakukan, guru terlebih dahulu memberi penjelasan singkat tentang cara menulis rangkuman.

Sesuai dengan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa, pembelajaran menyimak akan menjadi lebih menarik kalau diintegrasikan dengan kegiatan berbicara. Model pembelajaran kooperatif misalnya, dapat digunakan. Siswa yang di dalam kelas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam setiap kelompok siswa dapat berlatih menyimak dengan jalan berinteraksi sesamanya. Selain itu, interaksi antarkelompok dapat juga terwujud. Farida Ariani dkk. menyatakan, “… pembelajaran secara berkelompok akan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan siswa sekelompoknya atau kelompok lain.” (http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-mendengarkan)

Misalnya, kompetensi dasar yang harus dicapai siswa adalah kompetensi nomor 15), yaitu mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang dibacakan (dapat dilihat pada bagian pendahuluan). Seorang siswa dalam setiap kelompok dapat membacakan sebuah cerpen. Kemudian, siswa ditugaskan mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen itu dengan jalan mendiskusikannya dalam kelompoknya masing-masing. Lalu, masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya.


Menggunakan Bahan Pembelajaran Menyimak yangRelevan

Bahan pembelajaran menyimak adalah bahan yang kalau dipelajari atau dilatihkan siswa, maka dia akan memiliki kompetensi menyimak tertentu. Sama seperti pemilihan teknik pembelajaran menyimak, bahan pembelajaran menyimak tidak boleh ditentukan secara sembarang. Bahan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menyimak, haruslah bahan pembelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Di dalam KTSP jenis bahan pembelajaran menyimak sebenarnya sudah terdeskripsi dalam rumusan kompetensi dasar. Sebagai contoh, dengan rumusan kompetensi dasar nomor 3) – mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman – bahan pembelajarannya yang harus dipersiapkan adalah sebuah puisi yang akan dibacakan atau rekaman sebuahpuisiyangsudahsiapuntukdiperdengarkan,misalnyadengan

menggunakan tape recorder. Dalam hal ini, sesuai dengan petunjuk yang diberikan sebelumnya, siswa ditugaskan mengidentifikasi unsur-unsur bentuk puisi itu, yaitu diksi, kata-kata konkrit, imaji, gaya bahasa, ritme, danrimanya.

Selanjutnya, bahan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menyimak, haruslah bahan simakan yang tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Ini berarti bahwa bahan pembelajaran yang harus dipersiapkan, harus bahan simakan yang relevan dengan tingkat kemampuan kognitif dan kemampuan intelektual siswa. Untuk memenuhi keperluan itu, guru wajib mengenal karakteristik siswanya sebab dengan modal pengalaman itulah dia dapat mempertimbangkan secara cermat apakah bahan simakan sudah relevan untuk siswa yang harus dibelajarkannya.

Bahan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menyimak, haruslah bahan simakan yang menarik perhatian siswa. Sebab bahan simakan yang demikian ikut serta mengefektifkan sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak. Untuk mendapatkan bahan pembelajaran yang menarik, guru harus memanfaatkan pengalamannya mengenai karakteristik siswanya di dalam mempertimbangkan isi pembicaraan apa saja yang diminati, dan disenangi oleh siswanya serta dapat memberi kepuasan intelektual kepada mereka. Isi pembicaraan yang sesuai dengan kekhasan dan potensi daerah tempat tinggal siswa, dapat dipertimbangkan sebagai salah satu bagian yang menarik perhatian siswa. Biasanya, hal-hal yang aktual dan bermakna bagi siswa akan menarik perhatianmereka.

Bagaimana cara mendapatkan bahan pembelajaran menyimak? Rixon (1986:16) menyatakan, “Ada tiga cara mendapatkan bahan menyimak yang sesuai, yaitu (1) membeli bahan yang diterbitkan, (2) menyesuaikan bahan yang diterbitkan, dan (3) membuat bahan sendiri.” Cara yang mana saja di antara ketiga macam cara ini dapat dilakukan guru sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan- ketentuan yang telah dikemukakan di atas.


Menggunakan Media Pembelajaran yangBervariasi

Pada pembicaraan terdahulu telah dinyatakan bahwa pembelajaran menyimak yang penyampaian bahan simakannya terus – menerus secara lisan atau

membacakan, akan terasa monoton dan membosankan siswa. Tetapi, kalau penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan media yang bervariasi, pembelajaran menyimak akan lebih menarik dan menyenangkan siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak bahasa Indonesia, guru harus menggunakan media pembelajaran yang bervariasi.

Untuk lebih memacu siswa dalam memahami bahan simakan, guru dapat menggunakan alat-alat seperti kaset VCD, LCD, laptop, flas disk, dan sebagainya dalam pembelajaran menyimak di sekolah. Dalam sumber http://baliteacher.blogspot.com//2011/05pembelajaran - menyimak - dan - berbicara html dinyatakan, “Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai media sumber belajar menyimak di antaranya adalah media tulis yang dibacakan guru atau siswa, rekaman berita radio, dan televisi, cerita yang dituturkan atau diperdengarkan dan kegiatan nyata.”

Demi terwujudnya kelancaran pelaksanaan pembelajaran menyimak di sekolah, guru harus memastikan kondisi mutu teknik alat-alat yang akan digunakan. Artinya, sebelum digunakan, alat-alat itu harus diuji oleh guru untuk mengetahui apakah masih fungsional dan layak untuk digunakan.


Mengelola Ruang Belajar denganBaik

Akustik ruang belajar turut menentukan keefektifan pembelajaran menyimak. Ruang belajar yang panas (gerah), lembab, pengap, hiruk – pikuk dan hingar – binger dari luar ruang belajar, dan lalu – lalangnya orang-orang akan mengganggu proses pembelajaran menyimak. Selain itu, buku-buku dan alat-alat pelajaran lain yang terbuka dan terletak di atas meja siswa, akan dapat mengganggu konsentrasi siswa.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan keefektifan pembelajaran menyimak di sekolah, guru harus mengelola ruang belajar dengan baik. Guru harus bekerja sama dengan siswa untuk menciptakan suasaana ruang belajar yang kondusif. Sebab ruang belajar yang berkondisi nyaman akan memberi jaminan keberhasilan bagi pembelajaran menyimak itusendiri.

Melaksanakan Evaluasi denganBaik

Evaluasi merupakan salah satu komponen pembelajaran menyimak. Pelaksanaannya bertujuan untuk menilai kemampuan menyimak siswa setelah mereka mengikuti suatu pembelajaran menyimak. Pembelajaran menyimak dirasakan tidak selesai kalau tidak diakhiri dengan evaluasi.

Evaluasi dapat menjadi motivasi belajar bagi siswa. Karena pada umumnya siswa berkeinginan memperoleh nilai yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak, guru seyogianya melaksanakan evaluasi dengan baik dalam pembelajaranmenyimak.

Sayang sekali, sampai sekarang evaluasi kemampuan menyimak siswa kurang sekali mendapat perhatian guru Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Dalam ujian Bahasa Indonesia pada akhir semester, evaluasi kemampuan menyimak masih terabaikan. Begitu juga dalam Ujian Nasional (UN) Mata Ujian Bahasa Indonesia, kemampuan menyimak siswa tidak ikut diuji.

Namun, ada sesuatu yang menggembirakan hati sekarang ini. Balai Bahasa di tingkat daerah sudah mulai melaksanakan salah satu programnya, yaitu pelaksanaan UKBI (Uji Kompetensi Berbahasa Indonesia). UKBI itu sudah dilaksanakan untuk dosen dan guru Bahasa Indonesia. Salah satu aspek kemampuan berbahasa yang diuji adalah kemampuan menyimak. Untuk pelaksanaan evaluasi kemampuan menyimak di sekolah, para guru dapat mempedomani pelaksanaan UKBI, tetapi untuk pengembangan instrumen evaluasinya guru harus menyesuaikannya dengan tingkat kemampuan kognitif siswa di sekolah.

Bentuk instrumen evaluasi kemampuan menyimak dapat ditentukan berdasarkan kemudahan dan keobjektifan penilaiannya. Dalam hal ini, tes objektif yang berbentuk Benar – Salah (B – S) dan pilihan berganda dapat digunakan. Bila bentuk Benar – Salah yang digunakan, maka bahan simakan dan soal – soal (berupa pernyataan) tentang isinya dapat direkam, lalu lembar jawaban disediakan. Kemudian, kalau bentuk pilihan berganda yang digunakan, maka bahan yang disimak dan setiap soal tentang isinya beserta alternatif – alternatif jawaban dapat direkam, lalu lembar jawabandisediakan.

Berasumsi yangBenar

Talib menyatakan bahwa bagi kebanyakan manusia tujuh puluh persen waktu kehidupan setiap hari (selain waktu tidur) digunakan dalam berkomunikasi lisan (mendengarkan dan berbicara); dan sebagian besar waktu itu digunakan untuk mendengarkan (1989:53). Ini berarti bahwa bagi kebanyakan manusia aktivitas mendengarkan lebih banyak daripada berbicara. Senada dengan hal itu, seperti telah dinyatakan terdahulu, Paul T. Rankin melaporkan bahwa 42% waktu menggunakan bahasa tertuju pada menyimak.

Berdasarkan informasi itu, asumsi yang benar ialah bahwa kemampuan menyimak dalam kehidupan manusia sangat penting; pembelajarannya di sekolah tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, guru Bahasa Indonesia harus berasumsi demikian agar asumsi itu ikut menyemangati dan mendukung pengembangan kualitas pembelajaran menyimak disekolah.


Memberi Pelatihan Perencanaan Bahan PembelajaranMenyimak

Salah satu kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran menyimak adalah perencanaan bahan pembelajarannya. Banyak guru yang belum bisa mengemas bahan pembelajaran (bahan simakan) dengan menggunakan kaset VCD, video dan mengambil bahan dari radio, televisi, dan sebagainya.

Oleh karena itu, guru-guru seperti itu perlu mendapat pelatihan. Kepala sekolah dapat meminta bantuan kepada pihak yang berkompeten. LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), misalnya, akan dapat memberi pelayanan untuk memenuhi kebutuhanitu.

Pengembangan  Pembelajaran  Keterampilan  menyimak  melalui Teknologi Informasi. Keterampilan menyimak saat ini bagi sebagian guru lebih  pada  kemampuan  menyimak  bukan  pada  menyimak  sebagai  suatu proses  dan  mekanika  sehingga  diperlukan  keterampilan  dalam  meramu teknologi  sebagai  media  pembelajaran  yang  apik.  Padahal  dukungan teknologi  dapat  digunakan  untuk  membantu  siswa  mengembangkan keterampilan menyimak mereka melalui radio, kaset audio, televisi, video, dan komputer atau media internet dengan berbagai laman yang ada. Setiap jenis  teknologi  memberikan  peluang  bagi  siswa  untuk  mengeksplorasi strategi  menyimak  mereka  dan  beberapa  kasus  mengembangkan  strategi baru.  Dalam  kelas  bahasa,  siswa  memiliki  akses  ke  beberapa  bentuk teknologi, apakah itu radio transistor kecil atau multimedia interaktif. Hal ini  memungkinkan  akses  yang  lebih  luas  untuk  lebih  menekankan  aspek model  tertentu,  seperti  lintas-budaya,  internasional,  menyimak  kritis,  dan dimensi kontekstual dalam menyimak untuk dikembangkan. 


    Pengajaran   menyimak telah mengalami  perkembangan  dan kemajuan terutama dari segi media dan bahan  simakan  yang  digunakan terutama  di  kota-kota,  tetapi  belum maksimal  pemanfaatannya  oleh sebagian  kalangan  guru  dan  siswa. Saat  ini  ada  berbagai  pilihan  bahan menyimak  tersedia  dengan  CD  yang menyertainya,  dan  DVD  atau  video yang  digunakan  di  kelas.  Namun, masih  ada  bukti  bahwa  menyimak kurang  menjadi  perhatian  bagi  guru (Field, 2009). Ketika guru menerapkan berbagai kompetensi pembelajaran di kelas, sesi menyimak sering dipercepat atau  dikurangi.  Siswa  jarang  dinilai pada keterampilan menyimak sehingga siswa  belum  mampu  mendengar. Metodologi  menyimak  pelajaran sedikit  dibahas,  diteliti,  dan  ada


 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI 

pengembangan pembeljaran menyimak terus  meningkat  dan  cepat berubah  saat  ini,  gaya  dan  strategi siswa  belajar  juga  mengalami pengembangan  dan  perluasan.  Kita melihat  bagaimana  menggunakan teknologi  bisa  membantu mengembangkan  keterampilan menyimak.  Pertama,  kita  melihat beberapa  komponen,  seperti  radio, tape  recorder,  dan  laboratorium bahasa.  Kemudian    kita  meneliti pengaruh  besar  video  dalam pengajaran bahasa. Beberapa teknologi saat ini diuraikan dapat dikembangkan dalam keterampilan menyimak melalui teknologi 

Radio

Sebagai  suatu  media  radio mempunyai  beberapa  kelebihan  jika dibandingkan  media  yang  lain,  yaitu harga  relatif  murah  dan  variasi programnya  lebih  banyak  daripada TV,  sifatnya  mudah  dipindahkan (mobile).  Radio  dapat  dipindahkan dari  satu  ruang  ke  ruang  lain  dengan mudah. Jika  digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio, radio dapat mengembangkan  daya  imajinasi  anak dan dapat merangsang partisipasi aktif pendengar.  Sambil  menyimak,  siswa boleh  menggambar,  menulis,  melihat peta,  menyanyi  atau  menari.  Radio dapat  memusatkan  perhatian  siswa pada  kata-kata  yang  digunakan,  pada bunyi  dan  artinya.  Terutama  ini Berguna  pengajaran  sastra/puisi); siaran  lewat  suara  terbukti  amat tepat/cocok untuk mengajarkan musik dan  bahasa;  radio  dapat  mengerjakan hal-hal tertentu  secara  lebih  baik  bila dibandingkan  dengan  dikerjakan  oleh guru,  antara  lain  radio  dapat ditampilkan  ke  dalam  kelas  dalam bidang  studi  tertentu  sehingga  dapat mengatasi  masalah  kekurangan  guru dalam mengajar


KASET AUDIO 

Media  kaset  tidak  jauh berbeda dengan media rekaman yang lain  misalnya  piringan  hitam  yang kini  sudah  jauh  tergeser  oleh  kaset dan  CD  Keduanya  berfungsi merekam  suara  program  yang  pada gilirannya  akan  diputar  kembali untuk mengomunikasikan program itu kepada  si  penerima  pesan.  Dalam kaitannya dengan peran media sebagai alat  bantu  guru  yang  mampu menyampaikan  pesan  pembelajaran selama  bertugas  di  kelas,  guru sebetulnya  sangat  mungkin  untuk memproduksi  sendiri  rekaman  kaset yang  sederhana  sesuai  dengan kebutuhan  bahan  ajar  yang  akan diberikan  di  kelasnya.  Dengan demikian,  variasi  kesesuaian  bahan ajar  dapat  ditentukan  dan  dikemas sendiri  oleh  sang  guru  dalam pelaksanaannya  di  lapangan,  tentu saja  guru  pun  boleh  saja  meminta bantuan  siswa  untuk  menyediakan rekaman tersebut sesuai dengan minat dan kemampuan siswa. Penggunaan kaset adalah cara termudah  dan  termurah  untuk memberikan  kesempatan  praktik menyimak bagi siswa  di  ruang  kelas. Karena  hampir  semua  buku-buku pelajaran umum dewasa ini telah  disertasi  kaset,  kaset  telah menjadi alat penting dalam kelas bahasa. Berikut adalah beberapa alasan menggunakan  kaset  audio meningkatkan menyimak  di kelas.  


LABORATORIUM BAHASA 

Laboratorium  bahasa  adalah alat  untuk  melatih  siswa  menyimak dan  berbicara  dengan  bahasa  asing atau  bahasa  yang  sedang  dipelajari, yaitu  bahasa  Indonesia  dengan  jalan menyajikan  materi  pelajaran  yang disiapkan  sebelumnya.  Media  yang dipakai  adalah  alat  perekam.  Dalam laboratorium  bahasa  murid  duduk sendiri-sendiri  di  dalam  kotak  bilik akustik  dan  kotak  suara.  Siswa mendengar suara guru  yang duduk di ruang  kontrol  lewat  telepon genggam/heandphone.  Pada  saat  dia menirukan  ucapan  guru  di  juga menyimak  suaranya  sendiri  lewat 

VIDEO 

Penggunaan  video  untuk membantu  mengembangkan keterampilan  menyimak  telah mendapat  banyak  perhatian    sejak mulai  muncul  secara  teratur  di  kelas bahasa di pertengahan tahun 1970-an. Kontekstualisasi  jelas  bahasa  yang disediakan  oleh  video  yang  dibuat sebuah media populer di negara-negara non-berbahasa Inggris (Baltova, 1994). Selama  dua  dekade,  peneliti  telah menunjukkan  bahwa  banyak  sisi  lain membuat video berguna untuk pelajar bahasa.  Beberapa  ini  adalah  video yang sering mempromosikan motivasi untuk  menyimak  ;  ini  menyediakan konteks  yang  kaya  untuk  keaslian bahasa  digunakan,  fitur  paralinguistik teks  lisan  menjadi  tersedia  untuk pelajar  (dibandingkan  dengan  radio), dan itu membantu pemahaman peserta didik  'dari  konteks  budaya  di  mana bahasa tersebut digunakan.  

PENGAJARAN BAHASA DENGAN KOMPUTER 

Sejak  tahun  1960,  komputer telah  digunakan  dalam  pendidikan bahasa.  Selama  masa  empat  puluh tahun,  penggunaan  komputer  dapat dibagi  menjadi  tiga  utama    tahap: bahasa komputer yang dibantu belajar behavioris  (CALL);  komunikatif  CALL;  dan  CALL  integratif (Warschauer and Healey, 1998). Setiap tahap ini sesuai dengan yang tersedia teknologi  dan  yang  berlaku    teori pedagogis.  CALL  behavioris,  seperti namanya,  diberitahu  oleh  teori behavioris. Jenis latihan bahasa siswa diminta  untuk melakukan melalui komputer itu latihan  bahasa  berulang.  Semua kegiatan  siswa bisa dilakukan dalam  komputer ini berbasis membaca dan menulis


Penutup

Simpulan 

Berdasarkan keseluruhan uraian pembahasan terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut.Pembelajaran menyimak adalah proses menyebabkan siswa melakukan rangkaian kegiatan mendengar ujaran atau pembicaraan, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi gagasan atau pendapat yang dinyatakan oleh ujaran atau pembicaraanitu.

Ada beberapa penyebab kurang efektifnya pembelajaran menyimak di sekolah, yaitu masih menggunakan teknik pembelajaran yang konvensional, bahan pembelajaran yang kurang relevan, belum menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, belum melaksanakan evaluasi dengan baik, dan asumsi yangs 

Ada beberapa upaya meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak bahasa Indonesia di sekolah, yaitu menggunakan teknik pembelajaran yang relevan dan bervariasi, menggunakan bahan pembelajaran menyimak yang relevan, menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, mengelola ruang belajar dengan baik, melaksanakan evaluasi dengan baik, berasumsi yang benar, dan memberi pelatihan perencanaan bahan pembelajaranmenyimak.

teknologi yang dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan menyimak mereka berupa radio, kaset audio, televisi, video, dan komputer. 

Setiap jenis teknologi memberikan peluang bagi siswa untuk mengeksplorasi rentang mereka menyimak strategi dan dalam beberapa kasus mengembangkan strategi baru. Dalam kelas bahasa, siswa memiliki akses ke beberapa bentuk teknologi, apakah itu radio transistor kecil atau multimedia interaktif. Hal ini memungkinkan akses yang lebih luas untuk lebih menekankan pada aspek model tertentu, seperti lintas-budaya, interaksional, kritis, dan dimensi kontekstual menyimak untuk dikembangkan

Daftar Pustaka

Achsin, A. 1981. Pengajaran Menyimak. Jakarta: Penlok Tahap II P3G Depdikbud

Brown, H.D. 1980. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Driscoll, M.P. 1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon

http://baliteacher.blogspot.com/2011/05/pembelajaran- menyimak - dan - berbicara html

http://egopadoma.blogspot.com/2010/12/bahan- ajar - menyimak - dalam - pembelajaran. html

http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-mendengarkan

Parera, J.D. 1997. Linguistik Edukasional. Jakarta: Gramedia

Rixon, S. 1986. Developing Listening Skills. London dan Basingstoke: Macmillan Publishers Ltd.

Sagala, H. Sy. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Setyaningsih, N.H. 2007. Pengembangan Keterampilan Menyimak di SMA.Pendalaman Materi Ajar Bahasa Indonesia Materi TOT Guru Pemandu/Instruktur Bahasa Indonesia SMA. Semarang: LPMP Jawa Tengah

Talib, A.A.A. 1989. Pengajaran dan Pengujian Bahasa. Kuala Lumpur: Nurin Enterprise

Tarigan, H.G. 1987.   MenyimakSebagaiSuatuKeterampilanBerbahasa.

Bandung: Angkasa




Komentar

Postingan populer dari blog ini