Cerpen Apa aku Punya Ayah
Apa Aku Punya Ayah?
Karya: Resti Aulia Rahmi
Namaku Nina, Nina Indriani. Aku berumur 12 tahun. Dan sekarang Aku telah tamat sd dan ingin melanjutkan sekolah ke SMP yang tak jauh dari rumahku. Kata ibu nama akhiran ku adalah gabungan antara namanya dan ayah. Ibu ku bernama indri dan ayah ku bernama Rian. Ibuku adalah orang yang paling Aku sayang tak ada yang lain yang Aku sayang. Satu satunya hanya dia.
Jika kamu bertanya apa Aku tak sayang pada ayahku? Jawabanya Aku sayang, tapi percaya lah. Ayahku tak sama seperti ayah kalian.
Aku termenung melihat anak kucing dengan ibunya didepan jendala kamar ku. Ibu kucing itu menggigit wafer ku yang tadi jatuh. Lalu Aku membuangnya keluar. Tampak disana dia menggigit wafer itu dan bergegas menghampiri anaknya yang tak jauh dari nya. Sambil mengeong seolah olah berkata " nak sini,ibu bawakan wafer buat kamu" ..
Tiba tiba lamunan ku buyar karena ibuku memanggilku dan menyuruh untuk makan. Lalu kami pun makan bersama. Dimeja makan Aku berbincang bincang dengan ibu. “Bu besok Aku sudah mulai masuk sekolah” lalu ibu ku menjawab “ Besok ibu antar kamu ya nak” ucap ibu sambil tersenyum. Aku sangat senang besok pertama sekolah diantar oleh ibu ku orang yang paling Aku sayang. Walaupun ibuku sibuk mengurusi pekerjaan kantor nya tetapi ia tak pernah menolak permintaan ku
Esoknya Aku bangun pagi bagi,dengan semangat Aku mengenakan baju sekloah ku dan bersiap untuk berangkat kesekolah. Aku dan ibu pergi menggunakan mobil. Tak lama setelah itu Aku sampai disekolah yang 3 tahun yang akan datang Aku akan menimba ilmu disini. Aku bersalaman, dan ibuku mencium kening ku.
"Semangat ya sayang. Maaf ibu tak bisa mengantarkan mu sampai kedepan kelas" ucap ibuku sedih ,
"tak apa bu. Aku sudah senang sekali ibu sudah mengantarkan ku kesekolah" lalu Aku keluar dari mobil.
Dan ibupun langsung berbalik menuju kantornya
Sewaktu dijalan Aku melihat apa yang selama ini Aku ingin kan. Ada seorang seorang anak seumuran dengan ku yang diantarkan oleh ayah ibunya menggunakan becak. Disana Aku melihat keluarga kecil yang sangat harmonis ,walaupun dalam keadaan sederhana tetapi keluarga itu sangat bahagia . Melihat kejadian itu matAku berkaca kaca. Dalam hati Aku berkata " Aku juga pengen kayak gitu,Aku juga pengen ngerasain bagaimana rasanya punya ayah, ayah? Apa kau tak ingin bertemu dengan putrimu?...."
Lamunan ku buyar karena Aku terkejut dengan bunyi klakson motor sahabat ku. Yaa itu Randi ,teman SD ku yang juga melanjutkan SMP disini. Tak lama setelah itu Randi menghampiriku.
"Melamun aja na, nanti kamu kemasukan lohh." Katanya sambil tertawa.
”husstt.. jangan ngomong gitu" sahutku sambil tersenyum.
Kamipun berjalan menghampiri papan informasi melihat informasi Aku dikelas mana, diperjalanan menuju sana Randi bertanya kepada ku.
"tadi kok kamu kayak ngelamun gt, diam aja ,kaya orang bego. Kamu kenapa si? Ini baru masuk sekolah masak ga semangat sih. Harus Semangat donggg" celetus nya.
" Buakanya ga semangat Randi anak pintar sekomplek suka damai, Aku tu tadu liat anak baru sama kayak kita yang diantar sama ayah dan ibunya" lanjutku
"Terusss,, kamu iri sam dia?" Tanyanya
"Ya irilahh...anak itu kelihatan sangat bagiaaa" jawab ku
"Sekarang Aku tanya, tadi kamu kesini diantar siapa? Tanya nya lagi
"Diantar ibu" jawab ku
"Nah itu diantar sama ibumu. Seharusnya kamu juga bersyukur dong ibumu masih bisa nganterin kamu kesekolah walaupun ibumu sibuk tapi dia tetap usahain buat nganterin kamuu" jawab nya sambil menceramahi Aku
Aku terdiam sejenak. Memikirkan apa yang dibilang Randi itu benar. Aku kurang bersyukur selama ini. Aku hanya diam dan tak menjawab apa yang Randi bilang tadi iya pun lanjut menceramahi Aku
"Kamu ga tau na, gimana rasanya jadi Aku, Aku kesini sendiri ga diantar siapa siapaa, naik motor sendiri, kamu masih mendinga ada ibumu yang mengantarkan mu. Lah Aku ga ada na, kan kamu tau ibu dan ayahku sudah meninggal" raut wajah Randi tiba tiba berubah
Aku merasa bersalah telah berkata demikian kepadanya. Aku tidak bermaksud untuk menyingunnya. "mmmaaaf ran, Aku salah, yaahh kamu jadi keinget sama orang tua mu yaaa, Aku ga bermaksud gitu" sambil melihat mata Randi
"Ga papa na. Aku cuma mau bilang aja kalau kamu punya ibu tu disayang selagi diaasih hidup na, nanti kalau dia udah ga ada pasti kamu bakal ngerasain kesepian sama kayak aka" katanya
"Iya ran. Makasih yaa. Eh kamu jangan sedih dong. Kok malah kamu lagi yang sedih , Aku udah ga sedih kok. Kan kamu masih punya nenek ran yang sayang kamu" jawab ku
"Iya na, sekarang Aku cuma punya nenek, eh na. Disana papan informasinya. Ayuk kesana yuk liat kelas kita. Kirw kira kita bakalan sekelas ga yaa...?" Tanyanya
"Mudah mudahan engga. Aku ga mau sekelas sama kamu,hhaha" jawab ku sambil tertawa
"Yaelah naa naa, seharusnya Aku yang ngomong gitu ke kamu kamu kan suka minta tunjikin Pr ke Akuu hahah"balasnya
Kami pun tertawa terbahak bahak. Disana ternyata Aku dan Randi sekalas lagi yaitu di kelas 7 Sebenarnya Aku senang bisa sekelas lagi sama dia. Jadi ada sumber tempat contekan ku ditambah dia sangat mengerti keadaan ku tampa Aku ceritakan kepadanya
Ayuk na masuk kelas yukk. Kamu mau duduk dimana depan atau belakang? Tanya Randi
Tengah aja , hhahahh katAku padanya.
Aku masuk ke kelas dan mengambil tempat duduk di tengah ,sedangkan Randi duduk di depanku. Biasa anak pintar
"Duduk depan mulu ,awas aja nanti ga mau contekin Aku.." ancamku padanya sambil tertawa
Randi sangat baik kepada ku. Rumah kami berdekatan. Ya walupun gak dekat dekat baget. Randi tau kondisi keluarga ku,
Aku melamun mengingat kejadian Dulu kalau Aku sering diejek oleh teman ku sewaktu SD anak pungut, dapat dijalan. Banyak juga yang bilang Aku anak yang tak diharapkan untuk lahir, ada yang mengejek ku dengan anak yang tak memilik ayah, dan lebih parah lagi Aku pernah diejek dengan sebutan Anak Haram.Aku sangat sedih dengan kata kata seperti itu.
Waktu itu. Ketika teman teman ku mengejek ku dengan sebutan yang demikian Aku hanya menangis, dan Randilah yang selalu menemaniku. Dari dulu kami emang sudah dekat. Ia selalu membujuk ku, menghibur ku, dan membuat Aku tak sedih lagi.
Dulu, Aku sering sekali bertanya kepada ibu, tentang ayah
Bu, apa Aku punya ayah? Dimana ayah bu? Kok tidak pulang kesini? Kenapa ayah teman teman ku serumah dengannya. Kenapa ayah ga ada disisi? Tanya ku pada ibu
Ibuku hanya diam dan tak menjelaskan apa apa. Lalu pergi ke meja kerjanya melanjutkan kerjanya dan menutup pintu . Sedangkan Aku masih dalam keadaan bingung dan bertanya tanya. Apakah Aku punya ayah? Apakah ayahku masih hidup? Atau sudah mati?
Dengan perasan kecewa Aku kembali lagi kekamar sambil bertanya tanya. Kenapa setiap kali Aku menanya soal ayah ibu hanya diam lalu masuk ke ruang kerjanya.
Suatu hati, Aku juga pernah bertanya kepada ibu. Soal ayah. Ini terakhir kalinya Aku bertanya kepada ibu soal ayah. Jika tidak dijawab lagi setidaknya Aku sudah mengungkapkan unek unek yang telah lama Aku pendam
Saat itu ibuku sedang menonton Tv. Aku mengampirinya.
"Bu, apa Aku boleh nanya?" Kataku padanya
"Boleh nak, nanya apa? Tanya aja nak, ada Pr mu yang tak kamu pahami?" Jawab ibuku
Aku hanya diam dan menunduk
"Kenapa nak, kok diam. Kamu mau tanya apa?" Jawab ibu sambil mengkat wajahku
" Lah kok nangis. Kamu kenapa? Ada masalah apa nak? Coba cerita sama ibu. "
Aku berusaha untuk mentanyakan hal itu pada ibu karna Aku tak mau lagi penasaran dengan semua ini.
"Bu, ini yang terakhir kalinya Aku tanya tentang ayah sama ibu. Aku tak mau dihantui dengan perasaan penasaran. Aku harap ibu mau menjelaskan tentang ayah kepada ku" ucapku
Aku sudah gede bu, Aku berhak tau tentang ayah. Apa ayah ku masih hidup atau apa ayah ku sudah mati. Aku hanya pengen tau cerita tentang dia bu, Aku cape diejek tema teman ku dibilang anak yang tak diharapkan untuk lahir. Aku udah ga kuat dikatain anak haram. Aku udah capek dengan semua ini bu. Tolong bu jelaskan padaku, mungkin ayah ku tak sama dengan ayah ayah yang ada diluar sana. Yang memberikan kasih sayang pada anaknya. Tapi sepahit apapun kisahnya. Aku hanya ingin tau. Apa akau mempunyai ayah? Aku tak mau dihantui penasaran tentang hal ini bu" ucapku sambil terisak isak
Seperti biasa ibu ku hanya pergi ,masuk kekamarnya. Melihat hal itu Aku air matAku semakin bayak berjatuhan. Rasanya saat itu adalah hari yang paling Aku benci. Kenapa ibuku tak menjelaskan apa apa kepada ku. Dan hanya pergi meninggalkan ku.
Tak lama ibu kembali menghampiriku dengan sebuah kotak, itu adalah foto album lama sewaktu ibuku menikah dengan ayah.
"Ini foto ayah mu nak. Ia sangat tampan. Matanya sangat mirip dengan mu " ucap ibu
Aku melihat album lama yang penuh debu entah dari mana ibu ambil. Disana Aku lihat foto penikahan ibu dengan ayah. Ibu ku waktu itu terlihat sangat cantik.dan ayah tu terlihat sangat tampan disana. Di halaman terakhir Aku melihat foto seorang ibu dirumah sakit menggendong seorang bayi.
"Itu foto mu waktu kecil nak, dan itu saat kamu lahir" jelas ibu
Pertanyaan ku mengenai ayah hanya baru beberapa yang terjawab, Aku heran kenapa ayah tidak ada di foto itu
"Lalu dimana ayah sekarang bu,kenapa tak ada difoto itu dan kenapa dia tak serumah dengan kita?"
"Maafkan ibumu ini nak selama ini telah menyembunyikan ini semua kepada mu. Ibu dan ayah menikah karena suka sama suka. Ibu sangat mencintai ayah mu.keloarga kita dahulu snagat harmonis Ayahmu adalah seorang pemilik konveksi gorden. 6 bulan Setelah menikah dengan ibu konveksi ayah kebakaran. Semua yang ada disana tak besisa. Hanya bersisakan abu dan arang. Disana kondisinya ayahmu baru saja meminjam duit disalah satu tempat peminjaman saham yang rencananya akan memperbanyak stok stok gorden. Dan semuanya telah dibeli dan ada di konveksi itu. Pada malam harinya konveksinya kebkaran. Dan uang dari pinjaman tadi bagakmana pun harus dilunasi.
Ayah dan ibu waktu itu sangat panik sekali,sekarnag tak ada usaha yang di geluti, sehingga Aku memutuskan untuk pergi keluar negeri terpaksa menjadi TKI, awalnya ibu tak mengizinkan ayahmu untuk pergi karena luar negeri itu jauh dan untuk pulang membutuhkan biaya yak tak sedikit. Karena kendala ekonomi akhirnya dengan terpaksa ibu mengikhlaskan ayahmu pergi keluar negeri. Sebulan ayahmu disana ibu baru sadar bahwa ibu telah mengandungmu dengan usia kandungan 2 bulan. Ayah mu awalnya tak percaya dengan anak yang ibu kandung itu anak nya. Terjadi permasalamhan mengenai hal ini. Banyak kata kata ayah yang sangat ledas dilontarkan kepada ibuAyamu mengira ibu ada main dibelakang padahal ibu tak seperti itu. Kakek dan nenek mu snagat marah mendengar penuduhan yang dilontarkan ayah mu. Yang menuduh ibu ada main dibelakang. Ibu hanya bisa menangis
Sehingga kakek mu emosi dan berkata kalao kamu tak mengakui anak mu ini tak apa. Indri sangat kecewa padamu ,teganya kamu menuduhnya ,ini anak darah darah dagingmu sendiri. Suatu saat kamu pasti akan menyesali apa yang telah kamu buat.
Sejak saat itu ibu dan ayahmu hanya diam diam.ayah mu tak penah embgangkat telpon dari ibu yang setiap hari berulang kali ibu telfon. Setiap hari begitu ibu lakukan sampai kelahirannmu.
Setelah kelahirannmu ibu bertekad untuk menyembunyikan kisah perih ini kepadamu, ibu tau kamu akan terus bertanya tanya penasaran. Selama ini sewaktu kamu menanyakan soal ayah kepada ibu, ibu hanya pergi keruang kerja itu manangis terbayang kisah perih dahulu. Ibu hanya menunggu waktu yang tepat. Tapi mungkin sekaranga adalah waktu yang tepat" ucap ibu dengan meneteskan air matanya
Lau dimanakah ayah sekarang bu? Apa Aku bisa bertemu dengan ayah? Tanya ku padanya
"Tak lama setelah itu. Ibu mendapatkan kabar kalau ayahmu telah menikah disana dengan ornag sana. Dan menetap tinggal disana,ibu kembali menckba menghubunginya tetapi nomornya tidak bisa lagi dihubungi
Mulai dari situ ibu sudah tak percaya lagi dengan laki laki. Semuanya sama. Hanya mengumbar janji manis , tak bertanggung jawab. Maaf kan ibu selama ini tak menceritakan ini kepadamu. Kamu bukan anak yang tak diharapkan lahir. Kamu adalah anak hasil kasih sayang ibu dan ayah. Kamu juga anak haram. Kamu adalah anak sah dari ibu Indriani dan bapak rianto yang sah secara hukum dan negara. Jadi kamu jangan bersedih lagi. Kamu tak perlu hiraukan apa yang teman teman mu bilang , kamu memiliki ayah walaupun ayah mu tak sama seperti ayah temn teman mu.
Aku memeluk ibu dengan erat sambil menangis sekencang kencangnya..
Lamunan ku buyar ketika Randi mengejutkan ku.
"Woy naa. Itu absen dipanggil ibu.." sambil menepuk tangan ku
Aku yang kaget jadi terbata bata. " Hahahadir bu, Nina hadir bu" ucapku pada guru yang mengambil absen pagi ini
"Dasar tukang lamun" kata Randi padaku
"Yeeee... Biarin" balasku
Dan pelajaran pun dimulai
Komentar
Posting Komentar