PELATIHAN MENYIMAK

LAPORAN BACAAAN

PELATIHAN MENYIMAK

“BENTUK DAN TEKNIK LATIHAN MENYIMAK”

DOSEN PENGAMPU : Dr. Abdurrahman M. Pd



Nama:RESTI AULIA RAHMI

Nim:20016177



FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020




PELATIHAN MENYIMAK

“BENTUK DAN TEKNIK LATIHAN MENYIMAK”

 TEKNIK DAN LATIHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MENYIMAK 

A. Pendahuluan 

Salah satu aspek yang turut mendukung proses pengembangan kegiatan komunikasi adalah keterampilan menyimak di samping keterampilan berbicara, membaca dan menulis. Komunikasi akan berjalan dengan lancar apabila si pendengar dapat menangkap dan memahami dengan baik apa yang disampaikan pembicara. Menurut teori, dalam pembelajaran bahasa keterampilan menyimak menduduki urutan pertama di antara keempat keterampilan berbahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan dasar bagi pengembangan ketiga keterampilan lainnya. 

. TEKNIK MENYIMAK YANG EFEKTIF

Untuk dapat menyimak dengan baik, perlu mengetahui syarat menyimak efektif. Adapun syarat tersebut ialah: (1) menyimak dengan berkonsentrasi , (2) menelaah materi simaka, (3) menyimak dengan kritis, dan (4) membuat catatan. (Universitas Terbuka, 1985:35). Berikut ini adalah masing-masing hal itu.

1. Menyimak dengan Berkonsentrasi

Yang dimaksud dengan menyimak berkonsentrasi ialah memusatkan pikiran perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak, baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun yang berasal dari luar. Beberapa faktor luar yang dimaksudkan di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Orang yang Datang Terlambat

Pada prinsipnya orang yang datang terlambat ke tempat ceramah akan mengganggu penyimak yang sedang berkonsentrasi terhadap bahan simakan.

b. Keanehan-keanehan yang Terjadi di antara Pembicara dan Penyimak

Jika terjadi ketidakselarasan antara pembicara dan penyimak, akan terjadi gangguan pada diri penyimak.

c. Metode Pembicara yang Tidak Tepat dalam Situasi Komunikasi

Metode yang tidak tepat, akan berakibat gagalnya alur komunikasi pembicara dan penyimak.

d. Pakaian Pembicara

Pembicara yang memakai pakaian yang berlebihan akan mengganggu konsentrasi penyimak.

e. Pembicara yang tidak menarik


2. Menelaah Materi Simakan

Untuk menelaah materi simakan, penyimak dapat melakukan hal-hal berikut ini: (a) mencari arah dan tujuan pembicaraan, (b) mencoba membuat penggalan-penggalan pembicaraan dari awal sampai akhir, (c) menemukan tema sentral (pokok pembicaraan), (d) mengamati dan memahami alat peraga (media) sebagai penegas materi simakan. (e) memperhatikan rangkuman (jika pembicara membuat rangkuman) yang disampaikan pembicara.


3. Menyimak dengan Kritis

Yang dimaksudkan dengan menyimak kritis ialah aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga mereka meminta argumentasi pembicara. Pada dasarnya penyimak kritis memiliki ciri-ciri: (a) dapat menghubungkan yang dikaitakan pembicara dengan pengetahuan dan pengalamannya, (b) dapat menyusun bahan yang telah disimak dengan baik (reproduksi), (c) dapat menguraikan (menelaskan) apa saja yang telah disampaikan pembicara. dan (d) dapat melakukan evaluasi terhadap bahan yang telah disimak.


4. Membuat Catatan

Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Catatan itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan. Hal-hal penting yang perlu diketahui penyimak dalam mencatat ialah: (a) catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informal. (b) bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas. (c) catatan yang baik ialah catatan yang benar artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan, (d) catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan mempermudah penyimak membaca ulang, (e) catatan perlu direviu secara periodik. Selanjutnva. dalam pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka saris bestir, metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan.


Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada berikut ini.  

Menyimak yang Efekif Menyimak yang Lemah Menyimak yang Kuat

1. Temukan beberapa area minat Menghilangkan pelajaran yang “kering” Menggunakan peluang dengan bertanya “Apa isinya untuk saya?”

2. Nilailah isinya, bukan penyampaiannya Menghilangkannya jika penyampaiannya jelek Menilai isi, melewati kesalahan-kesalahan penyampaian

3. Tahanlah semangat Anda Cenderung berargumen Menyembunyikan penilaian sampai paham

4. Dengarkan ide-ide Menyimak kenyataan Menyimak tema inti

5. Bersikap fleksibel Membuat catatan intensif dengan memakai hanya satu sistem Membuat catatan lebih banyak. Memakai 4-5 sistem berbeda tergantung pembicara

6. Bekerjalah saat menyimak Pura-pura menyimak Bekerja keras, menunjukkan keadaan tubuh yang aktif

7. Menahan gangguan Mudah tergoda Berjuang/menghindari gangguan, toleransi pada kegiatan-kegiatan jelek, tahu cara berkonsentrasi

8. Latihlah pikiran anda Menahan bahan yang sulit, mencari bahan yang sederhana Menggunakan bahan yang padat untuk melatih pikiran

9. Bukalah pikiran anda Setuju dengan informasi jika mendukung ide-ide yang terbentuk sebelumnya Mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sebelum membentuk pendapat.

10. Tulislah dengan huruf besar tentang fakta karena berpikir lebih cepat daripada berbicara Cenderung melamun bersama dengan pembicara yang lemah Menantang, mengantisipasi, merangkum, menimbang bukti, mendengar apa yang tersirat.


TEKNIK PENINGKATAN DAYA SIMAK

Telah disebutkan di atas bahwa pada saat menyimak.. Anda perlu berkonsentrasi terhadap apa yang Anda simak. Selain konsentrasi, faktor lain yang juga beperan besar dalam kegiatan menyimak adalah penguasan kosakata. Hal ini terjadi karena penangkapan makna merupakan bagian integral dari poses menyimak Orang dewasa dikatakan memiliki kosakata minimum apabila ia hanya memiliki rata-rata kosakata sekitar 20.000 kata. Selajutnya. untuk meningkatkan daya simak Anda. ada beberapa teknik yang dapat dilakukan. di antaranya adalah teknik loc,. teknik penggabungan. dan teknik fonetik (Sutari dkk. 1997: 67--70). Berikut ini adalah peniciasan teknik-teknik tersebut.

1. Teknik Loci (Loci System)

Teknik loci merupakan salah satu teknik mengingat yang paling tradisional. Teknik ini pada dasamva merupakan teknik mengingat dengan cara memvisualisasikan materi yang harus diingat dalam ingatan Anda. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari urutan informasi dengan informasi lain yang serupa , dan mencocokan hal-hal yang akan diingat dengan lokasi tersebut.

2. Teknik Penggabungan

Teknik penggabungan merupakan teknik mengingat dengan cara menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama yang akan Anda ingat secara berantai dengan pesan kedua, ketiga. dan seterusnva. Pesan berantai itu dihubungkan pula dengan imaji-imaji tertentu yang perlu divisualkan secara jelas dalam pikiran Untuk mencegah terjadinya kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), pesan pertama perlu dihubungkan tersebut dengan lokasi yang akan mengingatkan Anda pada item tadi.

3. Teknik- Fonetik

Teknik fonetik melibatkan penggabungan angka-angka, bunyi-bunvi fonetis, dan kata-kata yang mewakili bilangan-bilangan itu dengan pesan yang akan diingat. Teknik ini dapat membentuk imaji visual yang kuat untuk masing-masing kata yang berhubungan dengan bilangan; dan membentuk penggabungan visual antara masing-masing pesan yang akan diingat secara berurutan dengan masing-masing kata yang terbentuk dari kata-kata yang divisualisasikan.

TEKNIK DICTOGLOSS

Kata dictogloss berasal bahasa Inggris dan terdiri dari dua kata, yaitu kata dicto atau dictate yang artinya dikte atau imla, dan kata gloss yang artinya tafsir. Penulis berpendapat, bahwa teknik ini merupakan gabungan dua teknik, yaitu dikte dan tafsir. Setelah teks dibacakan dengan cara didiktekan, maka para siswa harus menafsirkan teks cerita yang telah ia dengar tersebut.

David Nunan dalam Azies dan Alwasilah, (1996:85), mengemukakan bahwa teknik dictogloss, yaitu sebuah teknik dalam pengajaran menyimak yang tergolong komunikatif. Dalam teknik ini guru membacakan sebuah wacana singkat kepada siswa dengan kecepatan normal dan siswa diminta menuliskan kata sebanyak yang mereka mampu. Mereka kemudian bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk merekonstruksi wacana dengan berdasarkan serpihan-serpihan yang telah mereka tulis. Teknik ini mirip dengan teknik dikte tradisional, walaupun hanya bersifat superficial.

Dengan teknik ini siswa dilatih untuk mendengarkan, memahami, menginterpretasikan serta memberikan tanggapan terhadap informasi yamg didengarkannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa di dalam teknik dictogloss terdapat dua buah teknik yang digunakan sebagai upaya pemahaman sebuah wacana lisan, yakni dikte dan teknik identifikasi kata kunci. Teknik dikte digunakan ketika wacana diperdengarkan kepada siswa dengan kecepatan normal, sedangkan teknik identifikasi kata kunci digunakan ketika siswa diminta menuliskan kata-kata kunci atau kata-kata isi sebanyak yang mereka mampu. Djago Tarigan (1986:52), menyatakan bahwa identifikasi kata kunci adalah memilih kata yang merupakan pokok pikiran utama dalam wacana, maka dalam teknik dictogloss perlu adanya penemuan kata-kata yang merupakan kata kunci. Wacana lisan yang didengarkan oleh siswa, yaitu berupa rekaman cerita dalam kaset. Rekaman cerita tersebut merupakan salah satu media audio. Aristo Rahadi (Depdiknas, 2003:33), menyatakan bahwa media audio sering digunakan di sekolah. Program kaset audio termasuk media yang sudah memasyarakat hingga ke pelosok pedesaan dan cukup ekonomis, karena biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan perawataan cukup murah untuk membantu guru dalam menyampaikan pelajaran.

Akhirnya dapat penulis simpulkan bahwa teknik dictogloss, yaitu teknik yang digunakan dalam pengajaran menyimak dengan cara menyajikan sebuah wacana lisan kepada siswa dan mereka bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk merekontruksi wacana yang berdasarkan kepada kata-kata kunci tadi.

1. Langkah-langkah Penggunaan Teknik Dictogloss

Ada empat langkah dalam teknik dictogloss yang dikemukan oleh David Nunan dalam Azies dan Alwasillah (1996:86), yaitu:

a. Persiapan.

Pada tahap ini guru mempersiapkan siswa untuk menghadapi teks yang akan mereka dengar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mendiskusikan gambar stimulus, dengan membahas kosakata, dengan meyakinkan bahwa siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan dengan meyakinkan bahwa siswa ada pada kelompok yang sesuai.

b. Dikte.

Pembelajar mendengarkan dikte dua kali. Pertama mereka hanya mendengarkan dan mendapatkan gambaran umum teks tersebut. Kedua, mereka membuat catatan, dengan dimotivasi akan membantu mereka merekontruksikan teks. Untuk alasan konsistensi, lebih baik siswa mendengarkan teks tersebut melalui tape recorder bukan dari teks yang dibacakan guru.

c. Rekonstruksi.

Pada akhir dikte, pembelajar mengumpulkan catatan-catatan dan menyusun kembali teks versi mereka. Selama tahap ini perlu diingat bahwa guru tidak memberikan masukan bahasa pada siswa.

d. Analisis dan Koreksi.

Ada berbagai cara untuk menangani tahap ini. Pertama, setiap teks versi siswa bisa ditulis pada papan tulis atau ditayangkan melalui overhead projector (OHP). Kedua, teks bisa diperbanyak dan dibagi-bagikan kepada semua siswa. Ketiga, siswa bisa membandingkan versi mereka dengan teks asli, kalimat demi kalimat.

2. Kelebihan Teknik Dictogloss

Teknik dictogloss ini bisa menjadi jembatan yang berguna antara menyimak Bottom up dan Top down. Dalam kasus pertama, pembelajar terutama berurusan dengan bagaimana mengenali unsur-unsur individual dalam teks (strategi bottom-up). Namun, selama diskusi kelompok-kelompok kecil, beberapa atau semua strategi top down mungkin disertakan. Pada strategi ini, pembelajar akan mengintegrasikan pengetahuan “dalam kepala” atau background knowledge mereka. Dengan teknik dictogloss pembelajar akan mampu:

a. Membuat prediksi.

b. Membuat inferensi-inferensi hal-hal yang tidak ada dalam teks.

c. Akan mengenali topik teks.

d. Akan mengenali jenis teks (apakah naratif, deskriptif, anekdot, dan sebagainya).

e. Akan mengenali berbagai jenis hubungan semantik di dalam teks (Azies dan Alwasilah, 1996:85-86).

Dengan demikian, teknik dictogloss mampu memanfaatkan prinsip bahwa dua kepala selalu lebih baik daripada satu kepala. Siswa mampu mengumpulkan dan memanfaatkan sumber-sumber, bahkan siswa yang tergolong low-level. Dengan bekerja sama, siswa akan mampu melakukan sesuatu di atas kompetensi mereka yang sebenarnya. Tentu saja, pengajaran menyimak dengan teknik ini tidak harus mendominasi seluruh waktu dalam suatu tatap muka. Ia bisa diintegrasikan dalam pelajaran apapun. Tahap pemanasan merupakan tahap yang paling cocok dan dapat menyediakan cukup kesempatan untuk aktivitas menyimak ini, karena pada tahap ini kita dapat membiasakan siswa dengan bahasa.

3. Kelemahan Teknik Dictogloss

Aristo (Depdiknas,2003:34), mengutarakan kelemahan dalam menggunakan media rekaman adalah sebagai berikut.

a. daya jangkaunya terbatas, tidak bisa didengarkan secara massal;

b. jika jumlah sasarannya sedikit dan hanya sekali pakai, maka biaya produksi menjadi mahal;

c. cenderung verbalisme karena semua informasi hanya disajikan melalui suara, sehingga sulit untuk menyajikan materi yang bersifat sangat teknis, praktek, dan eksak.

Tidak ada sebuah teknik pun yang sempurna. Jika teknik tersebut memiliki kelebihan, maka kelemahan pun pasti dimiliki oleh teknik tersebut. Begitupun dengan teknik dictogloss dalam pelaksanaannya di lapangan terdapat beberapa kelemahan. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kurangnya pengadaan media., karena dalam teknik dictogloss ini memerlukan media yang baik dan tepat.

b. Kurangnya waktu yang tersedia, karena dalam teknik dictogloss ini memerlukan waktu yang lebih lama.

4. Penggunaan Media Rekaman dalam Teknik Dictogloss

Media rekaman atau media audio ialah media yang berkenaan dengan indera pendengaran, seperti kaset dan radio. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa dalam teknik dictogloss lebih baik bila digunakan media rekaman sebagai alat bantu audio. Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk:

a. Membuat pembelajaran lebih produktif.

b. Membuat pembelajaran lebih langsung dan segera.

c. Membuat pembelajaran lebih seimbang dan merata (Azies dan Alwasilah, 1996:86).

Oleh karena itu, penggunaan media rekaman atau media audio ini sangat dianjurkan dalam pembelajaran menyimak. Namun, untuk meraih keberhasilan dalam penggunaan media ini perlu diketahui beberapa hal, seperti kedudukan penyimak, sifat media, langkah dalam penulisan naskah, dan komponen dalam program audio.

Di dalam komunikasi, penyimak itu mempunyai kedudukan yang penting. Komunikasi akan dikatakan efektif jika para penyimak terpikat perhatiannya, dapat memahami isi pesan yang disampaikan, dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat oleh penyusun program. Untuk memproduksi program perlu diperhatikan sifat-sifat media yang digunakan. Media audio itu bersifat auditif. Isi program yang disampaikan di telinga penyimak itu hanya sepintas lalu saja. Penyimak yang tidak berkonsentrasi tentu tidak dapat menangkap pesan yang disampaikan. Bila penyusun program ingin mendapatkan hasil yang baik, program media ini harus bersifat akrab dengan penyimak.

Penulis naskah audio harus memperhatikan kemampuan berpikir penyimaknya. Jenis penyimak itu sangat menentukan isi pesan dan bahasa yang dipergunakan dalam penulisan naskah. Naskah audio yang disajikan untuk pelajar harus mempergunakan kata-kata dan kalimat yang diketahui oleh pelajar. Beberapa langkah dalam penulisan naskah diantaranya:

a. menentukan topik;

b. melakukan penelitian mengenai pokok masalah;

c. membuat garis besar;

d. menentukan format;

e. menulis konsep;

f. mengecek konsep; dan

g. menulis naskah.

Pada akhirnya, dapat penulis simpulkan penggunaan media rekaman atau media audio dalam pembelajaran menyimak dengan teknik dictogloss sangat penting dan dapat menunjang keberhasilan dalam kegiatan menyimak.

5. Langkah-Langkah untuk Mengatasi Kelebihan/Kekurangan dalam Penggunaan Teknik Dictogloss

Dalam pembelajaran menyimak dengan teknik dictogloss diperlukan adanya langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi kelebihan/kekurangan dalam penggunaannya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Guru harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya, baik secara teknis maupun praktis, yaitu persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Dimulai dari mempersiapkan siswa, media dan sumber, sarana dan situasi yang mendukung terlaksananya pembelajaran menyimak ini.

b. Dalam menggunakan media harus tepat sehingga tidak terjadi verbalisme, efektif dan efisien.

c. Pada tahap rekonstruksi, guru harus memberi keleluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan pendapatnya.

d. Dalam menganalisis dan mengoreksi, setiap hasil pendapat siswa lebih dihargai dan dinilai dengan seobyektif mungkin sehingga tidak menjatuhkan siswa.

e. Dengan teknik ini guru dapat memberikan cara yang tepat untuk menyerap informasi lain.

KEGIATAN MENYIMAK

1. Proses menyimak komprehensif

Adapun komponen yang termasuk dalam proses menyimak:

a. Rangsang bunyi

Weafer 91972) memasukan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya sebagai tipe- tipe simbol bunyi yang dapat diterima dan dapat dimaknai oleh penyimak

b. Penerimaan alat peraga

c. Perhatian dan penyelesaian

d. Pemberian makna

2. Fungsi comprehensive listening

Fungsinya berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan selanjutnya kaitan antara satu pesan dengan lainnya agar sampai pemahaman yang dikehendaki.

3. Faktor-faktor yang berkaitan dengan menyimak konprehensif

a. Memori

Adapun memori dalam diri kita memiliki tiga fungsi penting

1) Menyusun arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas

2) Memberikan struktur baku terhadap pemahaman kita kepada suatu aktivitas apabila konsep-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain

3) Memberikan arah/pedoman untuk mengingat pengalaman/ pengetahuan dan informasi- informasi yang telah diketahui sebelumnya.


Beberapa teori yang memberikan penjelasan tentang penyebab mengapa informasi yang disimpan dalam memori hilang (lupa):

1) Fuding teori (teori pemudaran): maksudnya informasi yang tidak sering digunakan akan memudar / perlahan-lahan hilang.

2) Distortion theory: informasi yang mirip dengan informasi yang lainnya tidak dapat dibedakan, yang telah disimpan di ingatan.

3) Superssion Theory: teori ini menyatakan pesan akan hilang akibat hambatan multivasional (melukai).

4) Interference Theory: teori ini menyatakan informasi yang telah di dapat sebelumnya akan bercampur dengan informasi yang baru didapat.

5) Processing Break down theory: teori ini berpendapat bahwa tak satupun dari bagian-bagian informasi dapat diingat tanpa menggunakan sistem pengkodean makna ganda (sistem coding ambigu).


Menurut penelitian manusia akan lebih mengingat apabila informasi itu:

1) Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupan

2) Dianggap lain dari pada informasi yang lain atau dianggap unik (tidak wajar)

3) Terorganisir dan

4) Berupa informasi visual


Menurut Montgo Mery ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat meningkatkan daya mengingat kita. Kita harus memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan daya ingatan, meningkatkan konsentrasi terhadap suatu pesan, dan peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.

b. Konsentrasi

Salah satu alasan mengapa pendengar tak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan (penuturan) adalah kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang yang terlalu lama, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi. Untuk memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada suatu rangsang saja. Alasan yang kedua adalah karena pendengar salah mengarahkan energi untuk memperhatikan (attention energy). Menurut Erving Goffman, bentuk standar dankesalahan penafsiran meliputi hal-hal berikut:

1) Pencakupan / pemenuhan eksternal, dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulasi / rangsang dari luar

2) Kesadaran diri

3) Kesadaran berinteraksi

4) Kurangnya rasa ingin tahu terhadap apa yang sedang dibicarakan

Ada tiga alasan lain yang menyadari alasan kurangnya konsentrasi di atas diantaranya; kurangnya motivasi diri dan kurangnya tanggung jawab.

c. Pembendaharaan kata

Faktor yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosa kata. Diasumsikan bahwa ukuran kosa kata merupakan variabel penting dalam pemahaman pendengar.

Dalam peran kita sebagai komunikator, kita memiliki empat jenis kosa kata fungsional yang sangat bervariasi ukurannya, jenis kosa kata itu dibedakan berdasarkan usia, saat seseorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:

1) Sampai kira-kira seseorang mencapai usia sebelas tahun kosa kata fungsional terbesar yang dimiliki adalah kosa kata simakan mendengar (listening vocabulary) artinya pengayaan kosa katanya pada fase ini dapat dan hasil simakan dari kehidupan sehari-hari

2) Setelah lewat usia dua belas, kosa kata simakan yang seseorang miliki, umumnya dipengaruhi oleh kosa kata atau hasil membaca (reading vocabulary).

3) Orang dewasa dikatakan memiliki kosa kata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata kosa kata sebesar 20.00 kata.

Untuk meningkatkan kosa kata umum maupun kosa kata mendengar menurut langkah-langkah Pauk dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Langkah pertama adalah menumbuhkan minat kata-kata. Ada dua kemampuan dasar yang dapat membantu kita untuk mempelajari kata-kata baru berdasarkan maknanya adalah kemampuan menganalisa struktur dan kemampuan menganalisa konteks kata keterampilan pertama tadi yaitu analisis struktur.

2) Langkah yang kedua adalah mempelajari makna dari kata-kata yang tidak lazim dari konteks-konteksnya.

Ada 2 jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal yakni petunjuk sematik (makna kata) dan sintaksis (struktur kalimat), yang termasuk ke dalam petunjuk sematik adalah petunjuk sinonim, penjelas, deskripsi, contoh, kesimpulan, penjelas pengalaman, situasi. Petunjuk kontekstual kedua adalah petunjuk sintaksis berupa pola-pola penyusun kalimat yang menjadi penyusun suatu kalimat.

d. Faktor-faktor tambahan

1) Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah

2) Tak banyak mengenal paliditas dan realibitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian

3) Karena sebagian besar peneliti belum terkoordinir dengan baik.

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi keefektifan menyimak konprehensif adalah usia, motivasi, intelgensia, tingkat pencapaian, kemampuan berbicara, pemahaman membaca, kemampuan belajar, kemampuan berbahasa dan kultural

BENTUK-BENTUK LATIHAN MENYIMAK

Menyimak merupakan suatu keterampilan yang memerlukan latihan. Artinya, keterampilan seseorang dalam menyimak dapat ditingkatkan dengan banyak berlatih menyimak bermacam-macam wacana lisan. Wacana lisan yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah berita, cerita, wawancara, dialog, ceramah, pidato, dan khutbah. Sebelum berlatih menyimak ragam wacana lisan yang telah disebutkan tersebut, berikut ini disajikan kegiatan latihan menyimak sederhana. Materi dalam latihan ini berupa wacana lisan pendek dan menghibur. Dalam pembelajaran menyimak, latihan seperti ini dapat digunakan sebagai kegiatan awal atau kegiatan pemanasan sebelum memasuki kegiatan menyimak simakan yang lebih formal.


A.      Mengulang satuan kebahasaan yang diperdengarkan

Latihan ini berupa mengulang kembali secara lisan atau tulis satuan linguistik yang diperdengarkan. Wujudnya dapat berupa kata, frasa, klausa, kalimat tunggal, maupun kalimat majemuk yang tidak terlalu panjang. Latihan ini penting sebagai latihan untuk meningkatkan daya ingat penyimak. Apabila dikaitkan dengan konsep kebermaknaan, latihan ini sebaiknya berupa kalimat. Tingkat kesukaran dan panjang pendeknya kalimat yang diperdengarkan disesuaikan dengan tingkat kemahiran berbahasa pembelajar.

Kegiatan mengulang kembali satuan kebahasaan yang diperdengarkan ini dapat diatur dalam bentuk berbagai permainan berikut ini.


1.        Bisik Berantai

Bisik berantai merupakan kegiatan yang bernuansa permainan. Dalam bisik berantai memang sulit dikenali kemampuan menyimak secara perseorangan. Akan tetapi, kegiatan ini sangat baik sebagai kegiatan apersepsi dalam kelas menyimak karena dapat menghidupkan kelas. Bisik berantai dapat dilakukan dalam bentuk perlombaan. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan membentuk barisan. Siswa pada deretan pertama membaca sebuah kalimat pada secarik kertas apabila tidak tersedia rekaman untuk memastikan tidak terjadi perbedaan kualitas materi yang diperdengarkan antarkelompok. Kalimat yang dibaca selajutnya disampaikan secara beranting hingga anggota kelompok terakhir yang harus menulis kembali kalimat yang dibisikkan temannya dalam secarik kertas.

Penilaian bisik berantai didasarkan atas ketepatan kalimat yang diulang. Ketepatan ini bisa didasarkan atas kesamaan kalimat dan atau  ketepatan informasi yang dirantingkan.  Bila kalimat tersebut cukup pendek, keberhasilan menyimak didasarkan atas kesamaan kalimat yang diulang. Apabila kalimat terlalu panjang, keberhasilan menyimak didasarkan atas ketepatan pesan yang ada dalam kalimat. Berikut contoh peritah dalam permainan bisik berantai!

Bentuklah kelompok! Atur anggota kelompok secara berderet atau berbaris! Anggota kelompok pertama membaca kalimat berikut (kalimat dapat ditulis dalam secarik kertas). Rantingkan hingga pada anggota kelompok terakhir. Anggota kelompok pada deret/baris terakhir harus menuliskan kalimat yang didengarnya pada secarik kertas!

Setiap warga negara Indonesia seharusnya bangga menggunakan bahasa Indonesia.

2.        Dikte

Dikte pada dasarnya sama dengan mengungkapkan kembali apa yang didengar, hanya saja pengungkapan tersebut dalam bentuk tulisan. Dikte efektif untuk melatih kemampuan menyimak, mengingat, dan menulis dengan cepat. Dikte dapat dilakukan dengan membaca kalimat dan meminta siswa menuliskan kembali kalimat tersebut. Kesesuaian kalimat yang disimak dan ditulis menjadi acuan penilaian. Berikut ini disajikan contoh perintah dikte.

Tulislah kalimat-kalimat yang dibacakan berikut dalam selembar kertas!

1)        Sejak masa keemasan lagu anak-anak pada tahu 90-an berlalu, kita kekurangan lagu anak-anak yang berkualitas.

2)        Pemimpin seharusnya memiliki keberanian mengambil keputusan dengan tegas.

3)        Bangunan di angkasa mengiaskan pemikiran yang tidak realistis, penuh fantasi, dan angan-angan.

4)        Presiden, selaku kepala negara dan kepala pemerintahan mengepalai para menteri, mengangkat kepala staf AD, kepala staf AU, kepala staf AL, dan kepala kepolisian RI.

5)        Pemerintah seringkali sibuk memikirkan dirinya sendiri sehingga mengabaikan berbagai kepentingan masyarakat.

B. Menebak Deskripsi

Deskripsi berkaitan dengan gambaran yang terekam oleh indra. Deskripsi berkaitan dengan cirri-ciri fisik yang dapat diamati, didengar, diraba, dirasa, dan dicium. Deskripsi dalam permainan ini bisa berupa ciri-ciri fisik objek dan hal-hal yang berhubungan dengan objek. Objek dapat berupa benda/orang/tumbuhan/binatang. Permainan ini sama dengan bermain tebak-tebakan. Misalnya tebak tokoh, tebak kota, tebak binatang, tebak buah-buahan, dan sebagainya.

Kemampuan menebak sangat berkaitan dengan kemampuan menangkap kata kunci dalam setiap deskripsi. Oleh karena itu, objek yang ditebak hendaknya objek yang sudah banyak dikenal sehingga penyimak dapat menabak bukan semata-mata karena luasnya pengetahuan, tetapi memang karena kejelian penyimak menangkap dan menafsirkan kata kunci yang disebut dalam deskripsi yang diperdengarkan.


Referensi:

Tarigan, Djago. 1998. Keterampilan Menyimak. Bandung : Angkasa 

Tarigan, Henry Guntur. 1997. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. 

Bandung : Angkasa.




Komentar

Postingan populer dari blog ini