Apresiasi Cerita Klasik, tambo, kaba, sejarah, nabi, wayang

 


LAPORAN BACAAN 3

APRESIASI PROSA

Dosen Pengampu : Dr.AbdurahmanM.Pd

Seksi : 202110160038



Nama : RESTI AULIA RAHMI

Nim : 20016177

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

Apresiasi Cerita  Klasik, tambo, kaba, sejarah, nabi, wayang


Hakikat Cerita  Klasik

Cerita klasik adalah cerita yang tak kenal batasan waktu. Cerita klasik merupakan salah satu aset budaya yang tak ternilai harganya yang dimiliki oleh masyarakat Bali dan bangsa Indonesia. Namun di zaman serba modern ini, kecenderungan masyarakat sudah mulai melupakan dan menganggap kuno cerita klasik. Pada dasarnya, cerita klasik Indonesia penuh dengan unsur yang mendidik. Sastra klasik, sastra lama atau sastra tradisional, adalah karya sastra yang tercipta dan berkembang sebelum masuknya unsur-unsur modernisme ke dalam sastra itu.

Jenis Cerita Klasik

Sastra tradisional terdiri dari berbagai jenis, seperti mitos, legenda, fable, cerita rakyat (folktale, folklore), nyanyian rakyat dan lain-lain (Nurgiyantoro 2005:171-172). 

A. Mitos

Menilik KBBI, mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsaMite atau mitos merupakan prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh mereka yang memiliki cerita.Dalam bahasa Jepang, mite adalah shinwa yang berarti kisah mengenai para dewa.

Dalam buku Sastra Lisan Bumi Silampari (2018) karya Juwati, cerita mitos adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci atau sakral.Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berdasarkan isinya mite dikelompokkan menjadi:

1. Cerita mite terjadinya alam semesta

2. Cerita mite dunia dewata yang memasukkan juga susunan para dewa

3. Cerita mite manusia pertama

4. Cerita mite pertanian atau yang berkaitan dengan makanan pokok


Adapun contoh cerita mitos, seperti: Nyi Roro Kidul.  Jawa tarub

B. Lagenda

Legenda merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang memiliki cerita sebagai suatu kejadian yang benar-benar pernah terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat sekuler atau keduniawian dan terjadi pada masa yang belum terlalu lampau. Legenda bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.Legenda ditokohi manusia walaupun ada kalanya memiliki sifat-sifat luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib

Ciri-Ciri Legenda

1.  Dipercaya sebagai kejadian yang benar-benar terjadi nyata

2. Tokoh legenda biasanya manusia

3. Punya sifat keduniawian

4. Bersifat migration atau berpindah-pindah

5. Bersifat semihistoris

Contohnya: Sangkuriang, Batu Menangis, dan Legenda Pulau Giliraja


C. Fabel

Fabel adalah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel adalah cerita fiksi atau khayalan belaka. Kadang kala fabel memasukkan karakter minoritas berupa manusia. Cerita fabel juga sering disebut cerita moral karena mengandung pesan yang berkaitan dengan moral.  Contoh fabel adalah Kisah sang kancil 

Ciri-Ciri Bahasa dalam Fabel

1. Fabel mengambil tokoh dari para binatang.

2. Watak tokoh para binatang digambarkan seperti watak manusia (ada yang baik dan buruk) serta bisa berbicara.

3. Memiliki rangkaian peristiwa tentang kejadian sebab-akibat yang alurnya maju untuk mencapai puncak atau akhir cerita

4..Fabel menggunakan latar alam seperti hutan, sungai, kolam, dan lainnya.

5. Gaya penceritaan menggunakan sudut pandang orang ketiga/dia-an.

6. Ciri bahasa yang digunakan dalam fabel adalah kalimat naratif/peristiwa, kalimat langsung yaitu dialog para tokoh, dan kata sehari-hari dalam situasi tidak formal atau bahasa percakapan.

7. fabel ada yang memiliki pesan eksplisit (ada koda) dan ada fabel yang pesannya tidak dicantumkan secara eksplisit.


Struktur, Bahasa dan nilai dalam cerita klasik

  • Struktur Cerita klasik

Judul adalah kalimat yang terdapat pada awal cerita yang memiliki fungsi untuk menjelaskan tema secara umum atau gambaran dari cerita tersebut.

Orientasi bagian yang menunjukan pengenalan karakter, waktu dan tempat dalam cerita, biasanya terdapat pada bagian awal cerita.

Komplikasi bagian pada cerita  yang menunjukan konflik awal atau munculnya masalah dalam cerita.

Klimaks merupakan bagian yang menceritakan puncak dari suatu masalah atau konflik

Resolusi ini adalah bagian dari cerita yang berisi tentang penyelesain masalah yang ada dalam cerita.

Koda ini merupakan bagian terakhir dari cerita  yang berisi tentang amanat dari pengarang atau pesan-pesan yang ingin disampaikan.

  • Bahasa dalam cerita klasik

Bahasa cerita klasik Dari segi kebahasaan hikayat mempunyai kekhasan yaitu menggunakan bahasa Melayu klasik yang dipakai oleh Kesultanan Melaka (abad ke-14), Kesultanan Aceh, dan sejumlah entitas politik lain di sekitarnya, hingga abad ke-18.Ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah ditandai dengan:

Penggunaan banyak konjungsi (kata penghubung) pada setiap awal kalimat seperti maka, ketika.

Penggunaan kata-kata arkais, yaitu kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan asing karena hikayat lebih tua dari negara Indonesia, contoh beroleh, titah, buluh, mahligai, inang, upeti, bejana

  • Nilai-nilai dalam cerita klasik

Cerita klasik  memiliki banyak nilai kehidupan, yaitu nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan).Banyak nilai dalam cerita klasik  masih sesuai dengan nilai kehidupan masa kini. Itu sebabnya, cerita klasik  mempunyai fungsi didaktis (pendidikan) dan hiburan.

Cerita klasik zaman sekarang

Cerita klasik adalah cerita yang tak kenal batasan waktu. Ia bisa dinikmati sekarang atau seribu tahun dari sekarang. Isinya selalu relevan terlepas dari siapa yang membacanya atau di mana cerita itu diterbitkan. Dan secara keseluruhan cerita tersebut mampu memberikan nilai resonansi yang kuat bagi para pembacanya. Cerita klasik dizaman modern tidak hanya digunakan sebagai media hiburan tetapi juga bisa sebagai media untu pendidikan karakter, melalui jalinan cerita yang menyentuh, pilihan kata yang menggugah, ataupun kekuatan konflik yang menggetarkan temanya yang mencengangkan dan heroik. Dizaman modern ini, cerita-cerita klasik berjuang melawan derasnya cerita-cerita masa kini yang hadir di masyarakat milenial.

Contoh apresiasi

“Gunung Dua” karya Usman D

Di tengah Kota Bima - Provinsi NTB. Dituturkan para penutur ‘tempo doeloe’, ada sepasang suami isteri yang dalam kesehariaannya ,kegiatannya,selain bertani juga berlayar.Menunggu panen, sang suami meminta kepada isterinya untuk berlayar. Isterinya mengizinkan.Akhirnya, sang suami pergi berlayar dan tentu saja dihantar sampai di tepi pantai.


Setelah seminggu ditunggu isteri, sang suami tidak muncul juga. Tetapi sebagai seorang istri yang setia dan cinta pada suami, dia tetap menunggu dan selalu berdoa agar suaminya selamat dalam pelayaran. Meskipun sudah sebulan tidak muncul di rumah, dia selalu berusaha untuk menunggu. Setahun dua tahun, isteri menunggu, tetapi sang suami tidak ada kabar beritanya. Begitu lama dia menunggu, akhirnya jadi batu.


Dari penggalan dongeng di atasdiambil hikmahnya, antara lain: kalau keluar rumah seperti pergi jauh, mestilah diberitahu kepada isteri (seizin isteri). Selanjutnya, tetaplah berdoa terkait penyelamatan suami. Dan , ini dia selalu menunggu meskipun bertahun-tahun, hingga akhirnya jadi batu. Cerita ini pun dapat menghadirkan gumam”istri zaman doeloe, begitu setia pada suaminya”. Lalu, kita pun bertanya,” Masih adakah isteri yang setia di zaman modern ini?” Jawabannya, ada di saku-saku kita masing-masing.


Hikmah lain pun kita akan peroleh ketika kita menyimak dongeng tentang binatang, seperti cerita “Lomba Lari dari Kancil dan Siput”. Dituturkan bahwa suatu ketika kancil berkunjung ke Siput. Lalu dia meminta siput ikut lomba lari, padahal dia tahu bahwa siput tidak punya kaki. Dasar Kancil, meskipun dia dikenal sebagai binatang terpintar sedunia, ternyata dia akhirnya sombong dengan siput yang tidak punya kaki.


Siput menyadari tidak mungkin dia kalahkan kancil. Karena itu, siput bermusyawarah dengan siput lainnya untuk mengatur siasat. Idenya pun lahir dengan cara,jarak 10 meter, selalu ada siput menunggu, sehingga ketika dipanggil kancil, siput selalu menjawab dari jarak 10 meter. Artinya, siput selalu di depan.


Ketika hari H tiba, strategi inilah yang dilakukan siput, akhirnya kancil malu karena kalah dalam lomba lari dengan siput yang tidak punya kaki. Kancil kecewa sekali, bagaimana tidak, ternyata, siput yang tidak punya kaki pun mengalahkan kancil yang punya kaki empat. Lalu dengan cepat dia menghilang karena tidak tahan dicemooh binatang katak dan bintang lainnya yang sempat nonton perlombaan itu.


Dari penggalan dongeng di atas dapat diambil amanatnya, antara lain : (1) jangan sombong dengan sesama;(2) Mengatur siasat dengan bermula dari musyawarah amatlah penting dilakukan; (3) Sehebat-hebatnya kita, pasti ada kelemahannya, artinya, hidup itu ibarat batre, ada plus dan minusnya baru bisa menyala.


Akhirnya, kita berkesimpulan bahwa apresiasi terhadap dongeng amatlah penting dilakukan oleh orangtua di rumah atau oleh siswa di sekolah. Bagaimanapun, dengan mengapresiasi dongeng yang ada, kita dapat memperoleh hikmah berupanilai, antara lain: (1)kecerdasan intelektual akan muncul; (2) Selain itu, muncul kesadaran emosional dan meningkatkan kesadaran kemanusiaan (humanitas); (3) kesadaran social; dan (4) ini dia yang paling tinggi, kesadaran religious.


Kesadaran-kesadaran serta kecerdasan di atas muncul, paling kurang karena diawali dengan mengakrabi wacana berupa dongeng . Artinya, terkait dengan konteks tulisan ini, dengan menyimak sekaligus mengapresiasi dongeng, kita pun akan berkesimpulan, kita beroleh ilmu pengetahuan untuk hidup dan kehidupan. Selain itu, dapat membantu pembentukan watak , sekaligus memberikan hiburan atau rekreatif yang sehat.


Sumber 

https://dosenbahasa.com/ciri-ciri-dan-unsur-sastra-melayu-klasik-dan-contohnya

Matra, Fajar. 2009. Unsur-unsur Intrinsik Sastra Melayu Klasik. Bandung : Angkasa.

Aminuddin, 2015. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Anglesindo.

Wardani,IGAK. 1981. PengajaranApresiasi Prosa. Jakarta: P3G.

---------. 1982. Pengajaran Sastra. Jakarta: P3G

Komentar

Postingan populer dari blog ini