Apresiasi Prosa Dongeng dan cerita lisan
Nama : RESTI AULIA RAHMI
NIM : 20016177
Dosen Pengampu : Dr.AbdurahmanM.Pd
Seksi : 202110160038
Laporan Bacaan 2
Apresiasi Prosa Dongeng dan cerita lisan
1. Hakikat Dongeng/Tale
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 364), dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Dongeng disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dan dapat dijadikan sebagai tempat untuk berkomunikasi. Berbagai cara dapat dilakukan untuk berkomunikasi dan menyampaikan pesan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Pesan tidak langsung dapat disampaikan melalui puisi, lagu maupun dongeng.
2. Jenis-Jenis Dongeng
Menurut Nurgiyantoro (2013: 201) dongeng diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Dongeng Klasik
Dongeng klasik adalah cerita dongeng yang muncul sejak zaman dahulu yang telah mewarisi secara turun temurun lewat tradisi lisan. Contoh dongeng klasik yang terkenal di Indonesia adalah Bawang Merah dan Timun Emas.
b. Dongeng Modern
Dongeng modern adalah cerita dongeng yang sengaja yang ditulis untuk maksud bercerita dan agar tulisannya itu dibaca oleh orang lain. Contoh dongeng modern yang terkenal Hilangnya Ayam Bertelur Emas (Djokolelono) dan Putri Berwajah Buruk (Poppy Donggo Hutagalung). Selain itu Yudha (2009: 85), mengemukakan jenis-jenis dongeng yaitu:
a. Dongeng Tradisional
Dongeng tradisional adalah dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat dan biasanya turun-temurun. Dongeng ini berfungsi untuk melipur lara dan menanamkan semangat kepahlawanan. Contohnya, Malinkundang, Jaka Tingkir, Sangkuriang dan lain-lain.
b. Dongeng Futuristik (Modern)
Dongeng ini, biasanya bercerita tentang sesuatu yang fantastik, misal tokohnya tiba-tiba menghilang. Dongeng futuristik bisa juga bercerita tentang masa depan, misalnya Bumi Abad 25: Star Trek, Back to the Future, dan Jumanji.
c. Dongeng Pendidikan
Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan bagi dunia anak-anak. Misalnya, menggugah sikap hormat kepada orang tua.
d. Fabel
Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan bisa bicara seperti manusia. Cerita-cerita fabel sangat luwes digunakan untuk menyindir perilaku manusia tanpa membuat manusia tersinggung. Misalnya, dongeng kancil, kelinci dan kura kura.
e. Dongeng Sejarah
Dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng ini banyak bertemakan kepahlawanan. Misalnya kisah-kisah para Sahabat Rasulullah SAW, sejarah perjuangan Indonesia, sejarah pahlawan/ tokoh-tokoh, dan sebagainya.
f. Dongeng Terapi (Traumatic Healing)
Dongeng terapi adalah dongeng yang diperuntukkan bagi anak-anak korban bencana atau anak-anak yang sakit. Oleh karena itu, dongeng ini didukung pula oleh kesabaran pendongengnya dan musik yang sesuai dengan terapi, sehingga membuat anak merasa nyaman dan enak.
3. Struktur Dongeng
Sebuah dongeng itu dibangun oleh tiga (3) bagian penting, yakni pendahuluan, isi atau peristiwa, serta penutup. Dibawah ini merupakan penjelasan dari masing-masing bagian dari dongeng.
Pendahuluan, berisi kalimat pengantar untuk memulai dongeng.
Isi (kejadian/Peristiwa),merupakan bagian penting dari dongeng yang menceritakan mengenai urutan kejadian dari suatu peristiwa.
Penutup, merupakan bagian akhir cerita yang dibuat untuk mengakhiri cerita.
4. Unsur-Unsur dalam Dongeng
Dongeng memiliki unsur-unsur penting yang akan dikembangkan dalam cerita fiksi anak, sehingga akan saling terkait untuk membangun cerita yang menarik bagi anak. Unsur-unsur tersebut, yaitu:
Unsur intrinsik
a. Tema Menurut Hana (2011: 46) tema adalah makna yang terkandung di dalam sebuah dongeng. Selain itu Stanton (2012: 36) mengatakan bahwa tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia. Hal tersebut dapat diartikan bahwa tema merupakan batasan dari sebuah cerita sehingga yang ingin disampaikan oleh penulis akan tersampaikan, sehingga membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut dan berdampak (Stanton, 2012: 37).
b. Tokoh
Setiap cerita pasti memiliki tokoh, sebab tokoh lah yang menjadi daya tarik pada siswa. Seperti yang diungkapkan Nurgiyantoro (2013: 222) bahwa tokoh dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan.
c. Alur
Alur adalah jalanya sebuah cerita. Seperti yang disebutkan Stanton (2012: 28) alur merupakan tulang punggung cerita. Itu berarti alur merupakan unsur yang penting dalam cerita meskipun jarang diulas dalam pembelajaran. Sudah semestinya alur dapat dipahami baik itu oleh narator, pendengar maupun pembaca, sebab alur mampu merangsang berbagai pertanyaan didalam benak pembaca (terkait keingintahuan, harapan, maupun rasa takut) dalam Stanton (2012: 28).
d. Latar Menurut Stanton (2012: 35) latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Selain itu Nurgiyantoro (2013: 248) mengatakan bahwa tokoh dan alur memerlukan kejelasan tempat dimana cerita itu terjadi, kapan waktu kejadiannya, dan latar belakang kehidupan sosial-budaya masyarakat tempat para tokoh berinteraksi dengan sesama. Adapun latar waktu yang tepat adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak, misalnya “besok” dan “sekarang” (Hana, 2011: 45).
e. Sudut Pandang Sudut pandang menurut Nurgiyantoro (2013: 269) adalah sebuah cara, strategi atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya. Selain itu, pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita, dinamakan sudut pandang (Stanton, 2012: 53).
f. Gaya dan ToneMenurut Stanton (2012: 61), gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Aspek bahasa dalam sebuah cerita fiksi anak memang harus diperhatikan, baik itu kata, kalimat maupun paragraf. Sebab, setiap kata yang tertulis dan terucap oleh pembaca akan mempunyai pengaruh bagi perkembangan anak. Bahasa yang digunakan tentu harus memperhatikan nilai-nilai pendidikan siswa, sebab melalui cerita siswa memperoleh kosakata baru.
Menurut Stanton (2012: 63), tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Sikap tersebut, dapat melatih pendengar untuk memotivasi diri mereka, misalnya saja pengarang menampilkan sikap emosional pemaaf. Diharapkan, dapat memotivasi pendengar supaya menjadi orang yang pemaaf di lingkungan sekitarnya. g. Moral
Cerita yang disampaikan oleh pengarang sudah pasti memiliki pesan atau nilai yang ingin disampaikan kepada pendengar maupun pembaca. Cerita fiksi hadir dan ditulis sebagai salah satu alternatif memberikan pendidikan kepada anak lewat cerita (Nurgiyantoro, 2013: 265)
Unsur Ekstrinsik Dongeng
Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat ini merupakan faktor-faktor didalam lingkungan masyarakat penulis yang mempengaruhi penulisan dongeng oleh penulis tersebut. Beberapa contoh latar belakang masyarakat ini antara lain adalah :
Ideologi Negara
Kondisi Politik
Kondisi Sosial
Kondisi Ekonomi
Nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut
Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang ini merupakan faktor-faktor didalam pengarang yang mempengaruhi penulisan dongeng tersebut, beberapa faktor dari latar belakang pengarang ini diantaranya:
Riwayat hidup penulis
Kondisi psikologis
Aliran sastra penulis
5. Apresiasi Dongeng
Menurut Efendi yang dikutip Aminuddin (1987), menyebutkan, apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga dapat menumbuhkan kepekaan perasaan, daya pikir yang brilian ,serta dapat memetik nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang terkandung dalam sastra jenis dongeng.
Seperti cerita (dongeng) terjadinya nama tempat.Sebut saja nama “Gunung Dua” di tengah Kota Bima - Provinsi NTB. Dituturkan para penutur ‘tempo doeloe’, ada sepasang suami isteri yang dalam kesehariaannya ,kegiatannya,selain bertani juga berlayar.Menunggu panen, sang suami meminta kepada isterinya untuk berlayar. Isterinya mengizinkan.Akhirnya, sang suami pergi berlayar dan tentu saja dihantar sampai di tepi pantai.
Setelah seminggu ditunggu isteri, sang suami tidak muncul juga. Tetapi sebagai seorang istri yang setia dan cinta pada suami, dia tetap menunggu dan selalu berdoa agar suaminya selamat dalam pelayaran. Meskipun sudah sebulan tidak muncul di rumah, dia selalu berusaha untuk menunggu. Setahun dua tahun, isteri menunggu, tetapi sang suami tidak ada kabar beritanya. Begitu lama dia menunggu, akhirnya jadi batu.
Dari penggalan dongeng di atasdiambil hikmahnya, antara lain: kalau keluar rumah seperti pergi jauh, mestilah diberitahu kepada isteri (seizin isteri). Selanjutnya, tetaplah berdoa terkait penyelamatan suami. Dan , ini dia selalu menunggu meskipun bertahun-tahun, hingga akhirnya jadi batu. Cerita ini pun dapat menghadirkan gumam”istri zaman doeloe, begitu setia pada suaminya”. Lalu, kita pun bertanya,” Masih adakah isteri yang setia di zaman modern ini?” Jawabannya, ada di saku-saku kita masing-masing.
Hikmah lain pun kita akan peroleh ketika kita menyimak dongeng tentang binatang, seperti cerita “Lomba Lari dari Kancil dan Siput”. Dituturkan bahwa suatu ketika kancil berkunjung ke Siput. Lalu dia meminta siput ikut lomba lari, padahal dia tahu bahwa siput tidak punya kaki. Dasar Kancil, meskipun dia dikenal sebagai binatang terpintar sedunia, ternyata dia akhirnya sombong dengan siput yang tidak punya kaki.
Siput menyadari tidak mungkin dia kalahkan kancil. Karena itu, siput bermusyawarah dengan siput lainnya untuk mengatur siasat. Idenya pun lahir dengan cara,jarak 10 meter, selalu ada siput menunggu, sehingga ketika dipanggil kancil, siput selalu menjawab dari jarak 10 meter. Artinya, siput selalu di depan.
Ketika hari H tiba, strategi inilah yang dilakukan siput, akhirnya kancil malu karena kalah dalam lomba lari dengan siput yang tidak punya kaki. Kancil kecewa sekali, bagaimana tidak, ternyata, siput yang tidak punya kaki pun mengalahkan kancil yang punya kaki empat. Lalu dengan cepat dia menghilang karena tidak tahan dicemooh binatang katak dan bintang lainnya yang sempat nonton perlombaan itu.
Dari penggalan dongeng di atas dapat diambil amanatnya, antara lain : (1) jangan sombong dengan sesama;(2) Mengatur siasat dengan bermula dari musyawarah amatlah penting dilakukan; (3) Sehebat-hebatnya kita, pasti ada kelemahannya, artinya, hidup itu ibarat batre, ada plus dan minusnya baru bisa menyala.
Apresiasi terhadap dongeng amatlah penting dilakukan oleh orangtua di rumah atau oleh siswa di sekolah. Bagaimanapun, dengan mengapresiasi dongeng yang ada, kita dapat memperoleh hikmah berupanilai, antara lain: (1)kecerdasan intelektual akan muncul; (2) Selain itu, muncul kesadaran emosional dan meningkatkan kesadaran kemanusiaan (humanitas); (3) kesadaran social; dan (4) ini dia yang paling tinggi, kesadaran religious.
Sumber bacaan:
(1)Strategi Mendongeng karya Usman D.Ganggang; (2) Sastra Memberi Nilai pada Penikmat; (3) Apresiasi Puisi karya Effendi; (4) ApresiasiKarya Sastra karya Tjahjono Widarmanto.
Komentar
Posting Komentar