Apresiasi Nilai agama Moral dalam Prosa
Laporan Bacaan Apresiasi Prosa
Dosen: Dr. Abdurrahman, M.Pd
Seksi : 202110160038
Nama : RESTI AULIA RAHMINIM : 20016177
FAKULTAS BAHASA DAN SENIUNIVERSITAS NEGERI PADANG2021
APRESIASI NILAI AGAMA MORAL DALAM PROSA
Sebagai sebuah karya imajinatif, fiksi menawarkan
berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.
Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan
yang kemudian di ungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan
pandangannya (Nurgiantoro, 2013, hlm. 2)Kehadiran unsur religius dalam keagamaan dalam
sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari
sesuatu yang bersifat religus Mangunwijaya (dalam Nurgiantoro, 2013, hlm.
446).
Untuk memahami nilai-nilai religius dalam Prosa salah satunya novel, khususnya
pembaca usia anak sekolah dapat mempelajari melalui pembelajaran apresiasi
sastra di sekolah. Dunia pendidikan dapat menjadi pijakan awal untuk memulai
proses penanaman dan pengembangan nilai- nilai religius. Proses penanaman
nilai-nilai religius itu tidaklah berarti bahwa nilai-nilai itu diajarkan
dalam sebuah mata pelajaran tersendiri tetapi diintegrasikan dalam proses
pembelajaran serta diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
Chaer (2007, hlm. 5)
mengungkapkan novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia,
yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun
melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan
penokohan) latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya juga
bersifat imajinatif.
Nilai Moral Dalam Prosa
Hakikat moral dapat dipahami sebagai sesuatu yang
ingin disampaikan kepada orang lain—moral dalam karya sastra tulis memiliki
arti sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis terhadap pembacanya—yang
selalu berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Istilah
‘disampaikan’ pada pengertian tersebut, lebih merujuk pada pilihan kata
‘mengajarkan’, sehingga karya sastra hadir dan ditulis sebagai salah satu
alternatif untuk memberikan pendidikan dan mengajarkan moral kepada pembaca.
Kehadiran moral dalam karya sastra, dipandang sebagai semacam saran terhadap
perilaku moral tertentu yang bersifat praktis, tetapi bukan resep atau petunjuk
bertingkah laku
1. Pengertian Nilai Moral
Dalam
hubungan dengan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung setiap
tindakan manusia selalu dinilai oleh manusia atau individu yang lain. Penilaian
tersebut meliputi benar salah atau baik buruknya manusia dalam bersikap ataupun
bertingkah laku.
Jadi nilai moral merupakan kaidah dan pengertian yang
menentukan hal-hal yang dianggap baik atau buruk, serta menerangkan apa yang
seharusnya dan sebaiknya dilakukan manusia terhadap manusia lainnya.
Dari pengertian tersebut, kehidupan dalam masyarakat
senantiasa terikat oleh sesuatu atau aturan hidup yang harus dipatuhi atau
dijunjung tinggi. Dengan kata lain, manusia dalam hidupnya selalu dibatasi oleh
adanya norma-norma.
2. Prinsip - Prinsip Moral
Untuk menilai tindakan manusia, moral
adalah tolak ukur yang tepat. Tolak ukur ini merupakan prinsip dasar moral.
a. Prinsip Sikap Baik
Prinsip sikap baik
yaitu suatu prinsip yang bertolak dari prinsip utilaterasi yang menyatakan
hendaknya jangan merugikan orang lain. Dengan kata lain bahwa sikap yang
dituntut dari kita sebagai dasar dalam berhubungan dengan orang lain adalah
sikap yang positif dan perbuatan yang baik.
b. Prinsip Keadilan
Adil pada
hakikatnya berarti kita memberikan kepada siapa saja dan apa yang menjadi
haknya. Pada hakikatnya semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka
tuntutan dasar keadilan ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang yang
berada dalam situasi yang sama dan menghormati hak semua pihak (djojosuroto, 2006:14).
c. Prinsip Hormat Terhadap Diri Sendiri
Prinsip ini
mengatakan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu
yang bernilai pada diri sendiri. Prinsip ini berdasarkan paham bahwa manusia
adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak yang memiliki kebebasan dan
suara hati, makhluk berakal budi
4. Moralitas dalam prosa
Dalam pendekatan moralitas, pengkaji karya sastra memfokuskan kajiannyapada aspek moral yang direpresentasikan dalam karya sastra. Berkaitan dengan itu, karya prosa liris sebagai salah satu genre sastra merepresentasikan moralitas baik secara tematis maupun nontematis. Secara tematis, prosa liris tersebut memang bertema moral. Sedangkan secara nontematis, moralitas direpresentasikan melalui perilaku tokoh. Moralitas dalam prosa liris direpresentasikan berdas Nilai moral yang terdapat dalam cerita hanyalah sebagai pertimbangan terhadap ajaran moral yang bersifat praktis sehingga dapat dipetik oleh pembaca melalui cerita yang bersangkutan.
Nilai moral yang terdapat pada karya sastra fiksi biasanya berkaitan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan yang memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut bersifat universal yang berarti sifat-sifat tersebut dipercayai kebenarannya dan dimilki oleh manusia sejagad raya. Hal ini dikarenakan sifat luhur tersebut tidak hanya bersifat kebangsaan, apalagi keseorangan, meskipun memang terdapat ajaran moral-kesusilaan yang hanya berlaku dan dipercayai oleh kelompok tertentu. Nilai moral yang terdapat pada karya sastra lebih mengarah kepada sifat kodrati manusia yang hakiki bukan pada aturan-aturan yang dibuat dan ditentukan oleh manusia.
Jenis nilai moral mencakup masalah yang bersifat tidak terbatas karena nilai moral ini mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan yang berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. Secara umum persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan menjadi empat hal, yaitu hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manuia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Keempat hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri berkaitan dengan pandangan hidup individu sendiri. Hal ini menyangkut bagaimana individu menyikapi konflik atau permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, bekerja keras, dan keterbukaan.
b. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya menyangkut pada keinginan yang dicapai oleh manusia antara lain keberhasilan, kebahagian, ketentraman, keselamatan, kepuasan, dan kesempurnaan. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan membutuhkan manusia lain untuk dapat mencapai keberhasilan, kebahagian, ketentraman, keselamatan, kepuasan, dan kesempurnaan dalam hidupnya. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya, yaitu keramahan dan kesopanan, kasih sayang, kesetiaan, teguh pendirian, jujur, bertangung jawab dan berani.
c. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan alam
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan alam menyangkut dengan hubungan yang erat antara manusia dan lingkungannya. Hubungan manusia dengan alam terwujud dalam bentuk penyatuan dan pemanfaatan. Dalam hal ini manusia diharuskan untuk mencari keselarasan dengan alam. Oleh sebab itu, manusia harus pandai dan bijak dalam pemanfaatan alam karena sesungguhnya alam menjadi sumber kehidupan bagi manusia.
d. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan tuhan
Hubungan manusia dengan tuhan merupakan hubungan yang paling mendasar dalam hakikat keberadaan manusia di dunia ini. Hal ini dikarenakan manusia pada dasarnya merupakan Homo religius yang berarti manusia beragama. Oleh sebab itu berbagai cara dilakukan manusia untuk menunjukan cinta mereka kepada tuhan. Hal ini diwujudkan dengan berbagai upacara ritual dan bersembahyang. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan tuhan, yaitu keimanan, ketaqwaan, dan ketawakalan
Moral menurut Salam (2000: 12) adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya. Remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar, dan sesuai dengan etika, Selly Tokan (dalam Asri Budiningsih, 1999: 5).Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa moral merupakan ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban, dan sebagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 327).Moral menurut Darajat (dalam Kamaruddin, 1985: 9) adalah kelakuan yang sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut. Tindakan ini haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Demoralisasi berarti kerusakan moral. Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :a. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.b. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia (Agus, 2011)Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral disebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih dan hanya moralitaslah yang dapat bernilai secara moral.Nilai moral dapat diperoleh di dalam nilai moralitas. Moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan hukum atau norma batiniah, yakni dipandang sebagai kewajiban.Menurut Kohlberg (1977: 5) penalaran atau pemikiran moral merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral. Oleh karena itu, untuk menemukan perilaku moral yang sebenarnya dapat ditelusuri melalui penalarannya. Artinya pengukuran moral yang benar tidak sekadar mengamati perilaku moral yang tampak, tetapi harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan perilaku tersebut.Bila dikatakan bahwa karya sastra itu semata-mata tiruan alam, maka dengan sendirinya sastra itu bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak memperjuangkan kebenaran. Dalam kenyataan ukuran kebenaran merupakan ukuran yang sering digunakan dalam menilai suatu karya sastra. Pembaca sering mempertanyakan tentang sesuatu yang diungkapkan pengarang itu mempunyai hubungan dengan kebenaran. Nilai-nilai moral atau lainnya dalam kehidupan sehari-hari, sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model-model atau sosok yang sengaja ditampilkan pengarang sebagai sikap dan tingkah laku yang baik atau diikuti minimal dicenderungi oleh pembaca.
4.Contoh apresiasi Moralitas dalam prosa
sinopsis novel laskar pelangi
Secara garis bersar, novel ini bercerita kehidupan kanak-kanak beberapa bocah di Belitong. Andrea Hirata memulainya dengan kisah miris dunia pendidikan di Indonesia dimana sebuah sekolah yang keurangan murid hendak ditutup. Sekolah tersebut adalah SD Muhammadiyah di Gantung Belitung Timur. Namun, karena murid yang terdaftar genap 10, sekolah dengan bangunan seadanyatersebut tetap diijinkan beraktifitas seperti biasanya. Ke-sepuluh murid tersebut adalah para laskar pelangi. Nama yang diberikan guru mereka bernama Bu Mus, oleh karena kegemaran mereka terhadap pelangi. Siapa saja mereka?
Tokoh dalam novel ini adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan juga Harun. Mereka adalah sahabat yang kisahnya memesona dunia lewat tangan dingin sang penulis. Buku laskar pelangi bercerita keseharian mereka di sekolah dan di lingkungan sosial. Mereka adalah anak-anak desa dengan tekad luar biasa. Perjalanan mereka dipenuhi kejadian yang tak terduga. Secara perlahan mereka menemukan keunggulan ddalam diri dan persahabatan. Ini mungkin yang menjadi titik fokus Andrea Hirata. Ia juga piawai menyisip komedi dalam kisah ini.
Sudut pandang bercerita dalam novel ini menggunakan orang pertama yakni “aku”. Aku sendiri adalah si Ikal. Ia anak yang pandai meski berada di urutan kedua setelah Lintang, bocah terpandai di dalam kelas mereka. Si Ikal ini menaruh minat yang besar pada sastra. Hal ini terlihat dari kegemarannya menulis puisi. Lain lagi dengan tokoh Lintang. Ia digambarkan sebagai anak yang sangat jenius. Orangtuanya seorang nelayan, yang miskin dan hanya tidak memiliki perahu. Mereka memiliki keluarga dalam jumlah yang melimpah, 14 kepala. Lintang sangat suka matematika. Namun, cita-citanya menjadi seorang ahli matematika harus terpangkas dengan tuntutan membantu orangtua menafkahi keluarga. Terlebih saat ayahnya meninggal.Tokoh lainnya adalah Sahara. Ia merupakan anak perempuan satu-satunya dalam cerita ini. Ia berpendirian kuat dan cenderung keras kepala. Sementara itu, Mahar, ia digambarkan bertubuh ceking dan mencintai seni. Ia suka menyanyi dan gemar pada okultisme. Tokoh berikutnya adalah A kiong. Dari namanya sangat jelas kalau ia merupakan keturunan Tionghoa. Ia sangat menyukai Mahar dan mengikutinya kemanapun. Ia digambarkan tak rupawan tetapi hatinya “tampan”.
Lanjut ke Syahdan. Perangainya ceria meski ia tak pernah menonjol dalam kelas. Sementara itu Kucai, adalah tokoh dalam cerita yang didaulat menjadi ketua kelas. Ia digambarkan menderita penyakit rabun jauh sebab ia kekurangan gizi. Borek, Trapani dan Harun adalah anggota laskar` pelangi yang terakhir. Borek digambarkan sebagai anak yang terobsesi dengan otot. Ia ingin menjadi lelaki yang paling macho. Trapani, ia tampan dan pandai. Ia lengket dengan sang ibu. Terakhir, Harun. Ia istimewa sebab ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Ia mengalami keterbelakangan mental. Namun menurut beberapa orang, tokoh Harun ini digambarkan dengan cukup manis sehingga banyak yang jatuh cinta pada sosoknya.
Novel laskar pelangi berkisah perjuangan hidup kesepuluh anak ini menghidupkan cita-cita di antara kehidupan mereka yang berat. Ada dinamika di dalamnya. Manis meski berat. Kisah khas anak-anak yang memandang dunia dengan ambisi yang sederhana. Andrea Hirata, meski banyak dihujat sebab mengklaim cerita ini nyata, memang terkesan berlebihan dalam beberapa hal. Namun toh, sebagai novel pembangun, Laskar Pelangi berhasil merubah secuil dunia pendidikan kita, merecharge semangat mereka yang lain untuk meraih ilmu.
Pesan moral dalam bentuk agama,merupakan undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya dengan tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam.Berikut ini,uraian tentang komponen pesan moral dalam bentuk agama dalam kaitannya dengan pesan moral yag terdapat dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata. Dan dapat kita lihat dalam kutipan berikut ini:“Pak harfan berdiri di depan para orang tua wajahnya muram beliau bersiap-siap memberikan pidato terakhir wajahnya tampak putus asa”(Hirata,2008:6)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa cobaan apa pun yang sedang terjadi kita harus bisa menghadapinya dengan bersikap sabar karna pasti ada hikma di balik cobaan itu.Begitulah pak harfan menghadapi masalah yang terjadi disekolah muhammadiyah ternyata ada seorang anak laki-laki yang menjadi penyelamat sekolah muhammadiyah tidak jadi ditutup,seperti tertuang dalam kutipan berikut:
“Trapani berteriak sambil menunjuk kepinggir lapangan “harun”kami serentak menoleh dan di kejauhan tampak seorang pria kurus tinggi berjalan terseok-seok.pakaian dan sisiran rambutnya sangat rapi”(Hirata,2008:7)
Pria itu adalah harun,pria jenaka itu adalah pria terbelakang mental yang sudah berusia lima belas tahun,yang menjadi penolong sekolah muhammadiyah tetap dibuka. Dalam kutipan berikut cara pak harfan memberikan pengajaran dan pesan kepada siswa muhammadiyah dengan penuh keikhlasan. “Pak Harfan tampak amat bahagia menghadapi murid tipikal” (Hirata,2008:23)
Dalam kutipan di atas menunjukkan sikap pak harfan dalam menghadapi dan memberikan pengajaran kepada siswa yang mempunyai karakter yang berbeda-beda.berikut kutipannya:“Guru yang sesunggunya,seperti dalam lingua asalnya,india,yaitu orang yang tak hanya mentransfer sebuah pelajaran,tetapi juga yang secara pribadi sahabat dan pembimbing spritual bagi muridnya” (Hirata, 2008: 23)
Kutipan di atas menunjukkan pak harfan mengajarkan kepada siswanya bahwa guru bukan saja sebagai orang yang memberikan ilmu kepada siawanya,tetapi juga sebagai teman dan pembimbing agama bagi siswanya.Pada hakekatnya manusia disamping sebagai makhluk individual, juga sebagai mahluk sosial yang tidak dapat seorang diri terpisah dari manusia-manusia lain,dan pada dasarnya manusia diciptakan untuk dapat memberi kepada orang lain.Pernyataan di atas dapat kita lihat dalam kutipan di bawah ini:“Memberilah sebanyak-banyaknya kepada orang lain ,bukan menerima sebanyak-banyaknya kepada orang lain”(Hirata, 2008: 24).
Kutipan di atas adalah pesan sang bapak kepala sekolah secara berulang-ulang kepada anak didiknya.Pesan moral selanjutnya mengajarkan tentang budi pekerti kemuhammadiyaan yang menjelaskan tentang karakter yang dituntut islam dari seorang amir.amir dapat berarti pemimpin,seperti pada kutipan berikut:“Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami tetapkan gajinya untuk itu,maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan”(Hirata,2008:71)
Kutipan di atas menunjukkan ibu mus sedang geram dengan korupsi yang meraja lelah dan beliau juga mengingatkan pentingnnya memegang amanah sebagai pemimpin dan alqur’an mengingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggung jawabkan di akhirat.Berikut ini dapat pula kita lihat pesan moral dalam bentuk agama yang didapatkan oleh Ikal di sekolah Muhammadiyah Belitong. Berikut kutipannya:“Di sekolah ini aku memahami arti keikhlasan, perjuangan dan integritas” (Hirata, 2008: 84)
Kutipan di atas menunjukkan rasa cinta Ikal terhadap sekolah Muhammadiyah yang bukan hanya mengajarkan tentang keikhlasan, perjuangan, dan integritas tetapi juga mewariskan tentang ide-ide besar Islam.“Lebih dari itu, perintis perguruan ini mewariskan pelajaran yang amat berharga tentang ide-ide besar islam yang mulia, keberanian untuk merealisasi ide itu meskipun tak putus-putus dirundung kesulitan dan konsep menjalani hidup dengan gagasan memberi manfaat sebesar-besarnya untuk orang lain melalui pengorbanan tanpa pamrih” (Hirata, 2008: 85)
Kutipan di atas menunjukkan pujian yang disampaikan oleh Ikal kepada guru yang telah banyak memberikan ilmu tentang ajaran islam yang sangat berharga kepadanya dan juga kepada anggota Laskar Pelangi yang lain dan juga mengajarkan bagaimana cara menghadapi cobaan atau kesulitan dengan penuh kesabaran serta memberikan manfaat atau pertolongan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.Kutipan berikut ini pak Harfan memberikan pidato yang berisi motivasi kepada siswa Muhammadiyah untuk menunjukkaan kepada dunia bahwa sekolah Muhammadiyah masih bisa bersaing dengan sekolah lainya karna sekolah Muhammadiyah adalah sekolah yang mengedepankan ajaran Islam. berikut kutipannya:“sekolah kita adalah sekolah islam yang mengedepankan pengajaran nilai-nilai religi, kita hurus bangga dengan hal itu” (Hirata, 2008 :222)
Kutipan di atas menunjukkan pak Harfan memotivasi siswanya agar bisa menjaga nama sekolah Muhammadiyah dan harus mengedepankan nilai-nilai agama. Setelah mendengar pidato pak Harfan para siswa Muhammadiyah bersorak gembira dan berusaha untuk bisa ikut dalam acara karnaval. Berikut kutipannya:“Kita harus karnaval,apapun yang terjadi” (Hirata, 2008: 222)
Kutipan di atas menunjukkan perkataan pak Harfan yang terus memotivasi Mahar dan kawan-kawanya agar bisa ikut karnaval.Segala yang akan kita lakukan harus didasari dengan doa agar apa yang kita cita-citakan dapat terkabul, begitulah yang yang dilakukan siswa Muhammadiyah saat.Pertandingan karnaval akan dimulai. Berikut kutipannya:“Sebelum parade kami berkumpul berpegangan tangan menundukkan kepala sambil berdoa mengharukan” (Hirata, 2008: 233)
Kutipan di atas menunjukkan siswa Muhammadiyah sedang berdoa sebelum pertandingan karnaval dimulai. Kesopanan merupakan salah satu pesan moral yang dijunjung tinggi dalam kehidupan menjadi baik buruk perilaku manusia dalam, berinteraksi dengan sesamanya sehingga kesopanan menjadi prinsip moral, apalagi di hadapan kitab Allah. Berikut kutipannya:“jaga adatmu di muka kitab Allah anak muda” (Hirata, 2008: 253)Kutipan di atas menunjukkan peringatan yang disampaikan kepada Syahdan pada saat sedang melakukan Khatam Alqur’an. Ikal memperingati Syahdan yang sedang berbicara kepada Ikal mengenai A Ling, tapi Syahdan tetap tak memperdulikan peringatan Ikal dia tetap melanjutkan pembicaraanya mengenai info tentang A Ling.berikut kutipannya:“A Ling adalah sepupu A Kiong “ (Hirata, 2008: 253)
Kutipan di atas menunjukkan Syahdan sedang memberitahu Ikal bahwa A Ling adalah sepupu A Kiong, meskipun sedang melakukan Khatam Alqur’an.Menyekutukan Allah merupakan hal yang harus kita hindari agar kita tidak tergolong kedalam orang yang musyrik,agama melarang kita agar tidak melakukan hal yang termasuk menyekutukan allah,seperti perdukunan dan jangan berteman dangan orang yang sering bermain dukun karna itu bisa menarik kita kedalam kemusyrikan,dapat kita lihat dalam kutipan berikut:“Jangan bersahabat dengan orang yang gila perdukunan” (Hirata, 2008: 326)Kutipan di atas menunjukkan larangan untuk tidak bersahabat dengan orang yang gila perdukunan. Didunia ini tidak ada manusia yang tidak memiliki cita-cita,semuaya pasti memiliki cita-cita maka dari itu senangtiasalah memanjatkan doa kehadirat Allah SWT. Berikut kutipannya:“Cita-cita adalah doa”(Hirata, 2008: 343)
Kutipan di atas menujukkan Sahara memberikan nasehat kepada Syahdan yang bercita-cita menjadi seorang bintang film meskipun nasehatnya mengandung sindiran.“Kalau tuhan mengabulkan doamu, dapatkah kubayangkan apa jadinya dunia perfilman Indonesia” (Hirata , 2008: 343).
Kutipan di atas menunjukkan Sahara sedang memberikan motivasi kepada Syahdan tapi disertai dengan sindiran.karna syahdan sebenarnya tidak mempunyai bakat di bidang akting. Kutipan berikut mengajarkan tentang pedoman kemuhammadiyaan yang disampaikan oleh ibu Mus kepada Mahar yang telah membelakangi ayat-ayat Allah demi perbuatan sesat yang telah ia lakukan selama ini yaitu perdukunan. Tampak dalam kutipan berikut ini:“hiduplah dari ajaran Alqur’an, Hadits, dan Sunatullah, itulah pokok-pokok tuntunan muhammadiyah.insya allah nanti setelah besar engkau akan dilimpahi rejeki yang halal dan pendamping hidup yang sakinah”(Hirata, 2008: 350)
Kutipan di atas menunjukkan betapa pentingnya ajaran Alqur’an, Hadits, dan Sunatullah bagi keselamatan kita di dunia (akhirat) dan tidak ada duanya ajaran yang paling berharga selain ajaran yang ada pada kutipan di atas dan janganlah sekali-kali menyekutukan Allah dan jangan pula berbuat Syirik. Tampak pada kutipan berikut:“Syirik adalah larangan tertinggi dalam islam” (Hirata, 2008: 351)Syirik merupakan larangan tertinggi begitupun dengan Musyrik karna kedua perbuatan tersebut tidak bermanfaat tetapi malah menjerumuskan kita kedalam lembah dosa. Berikut kutipannya:“Camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apa pun dari kemusyrikan” (Hirata, 2008: 352)
Kutipan di atas menunjukkan ekspresi ibu muslimah yang sedang memarahi Mahar yang tidak menghiraukan perkataan ibu Muslimah yang menyuruh agar ia secepatnya bertobat tetapi malah membantah perkataan ibu Muslimah dengan perkataan yang sudah kelewat batas. Maka janganlah mengikuti jejak Mahar yang sudah masuk ke dalam dunia gelap.Ketabahan merupakan sikap yang harus kita tonjolkan ketika kita mengalami ujian dan kegelisahan begitulah yang dinasehatkan Trapani kepada Ikal, ketika Ikal cemas pada saat partandingan cerdas cermat akan dimulai tetapi bukan Trapani yang menjadi pasangan cerdas cermas melainkan Sahara yang tidak harapkannya menjadi pasangan cerdas cermat tersebut. Berikut kutipannya:“Tabahkan hatimu Ikal” (Hirata, 2008: 367)
Kutipan di atas menunjukkan Trapani sedang memberikan nasehat kepada Ikal yang kelihatan cemas pada saat perlombaan cerdas cermat akan dimulai yang akhirnya menghasilkan kemenangan bagi siswa Muhammadiyah karna kecerdasan Lintang yang tak ada duanya.
Untuk memahami nilai-nilai religius dalam Prosa salah satunya novel, khususnya
pembaca usia anak sekolah dapat mempelajari melalui pembelajaran apresiasi
sastra di sekolah. Dunia pendidikan dapat menjadi pijakan awal untuk memulai
proses penanaman dan pengembangan nilai- nilai religius. Proses penanaman
nilai-nilai religius itu tidaklah berarti bahwa nilai-nilai itu diajarkan
dalam sebuah mata pelajaran tersendiri tetapi diintegrasikan dalam proses
pembelajaran serta diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
Chaer (2007, hlm. 5)
mengungkapkan novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia,
yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun
melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan
penokohan) latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya juga
bersifat imajinatif.
Nilai Moral Dalam Prosa
Hakikat moral dapat dipahami sebagai sesuatu yang
ingin disampaikan kepada orang lain—moral dalam karya sastra tulis memiliki
arti sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis terhadap pembacanya—yang
selalu berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Istilah
‘disampaikan’ pada pengertian tersebut, lebih merujuk pada pilihan kata
‘mengajarkan’, sehingga karya sastra hadir dan ditulis sebagai salah satu
alternatif untuk memberikan pendidikan dan mengajarkan moral kepada pembaca.
Kehadiran moral dalam karya sastra, dipandang sebagai semacam saran terhadap
perilaku moral tertentu yang bersifat praktis, tetapi bukan resep atau petunjuk
bertingkah laku
1. Pengertian Nilai Moral
Dalam
hubungan dengan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung setiap
tindakan manusia selalu dinilai oleh manusia atau individu yang lain. Penilaian
tersebut meliputi benar salah atau baik buruknya manusia dalam bersikap ataupun
bertingkah laku.
Jadi nilai moral merupakan kaidah dan pengertian yang
menentukan hal-hal yang dianggap baik atau buruk, serta menerangkan apa yang
seharusnya dan sebaiknya dilakukan manusia terhadap manusia lainnya.
Dari pengertian tersebut, kehidupan dalam masyarakat
senantiasa terikat oleh sesuatu atau aturan hidup yang harus dipatuhi atau
dijunjung tinggi. Dengan kata lain, manusia dalam hidupnya selalu dibatasi oleh
adanya norma-norma.
2. Prinsip - Prinsip Moral
Untuk menilai tindakan manusia, moral
adalah tolak ukur yang tepat. Tolak ukur ini merupakan prinsip dasar moral.
a. Prinsip Sikap Baik
Prinsip sikap baik
yaitu suatu prinsip yang bertolak dari prinsip utilaterasi yang menyatakan
hendaknya jangan merugikan orang lain. Dengan kata lain bahwa sikap yang
dituntut dari kita sebagai dasar dalam berhubungan dengan orang lain adalah
sikap yang positif dan perbuatan yang baik.
b. Prinsip Keadilan
Adil pada
hakikatnya berarti kita memberikan kepada siapa saja dan apa yang menjadi
haknya. Pada hakikatnya semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka
tuntutan dasar keadilan ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang yang
berada dalam situasi yang sama dan menghormati hak semua pihak (djojosuroto, 2006:14).
c. Prinsip Hormat Terhadap Diri Sendiri
Prinsip ini
mengatakan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu
yang bernilai pada diri sendiri. Prinsip ini berdasarkan paham bahwa manusia
adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak yang memiliki kebebasan dan
suara hati, makhluk berakal budi
4. Moralitas dalam prosa
Dalam pendekatan moralitas, pengkaji karya sastra memfokuskan kajiannyapada aspek moral yang direpresentasikan dalam karya sastra. Berkaitan dengan itu, karya prosa liris sebagai salah satu genre sastra merepresentasikan moralitas baik secara tematis maupun nontematis. Secara tematis, prosa liris tersebut memang bertema moral. Sedangkan secara nontematis, moralitas direpresentasikan melalui perilaku tokoh. Moralitas dalam prosa liris direpresentasikan berdas Nilai moral yang terdapat dalam cerita hanyalah sebagai pertimbangan terhadap ajaran moral yang bersifat praktis sehingga dapat dipetik oleh pembaca melalui cerita yang bersangkutan.
Nilai moral yang terdapat pada karya sastra fiksi biasanya berkaitan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan yang memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut bersifat universal yang berarti sifat-sifat tersebut dipercayai kebenarannya dan dimilki oleh manusia sejagad raya. Hal ini dikarenakan sifat luhur tersebut tidak hanya bersifat kebangsaan, apalagi keseorangan, meskipun memang terdapat ajaran moral-kesusilaan yang hanya berlaku dan dipercayai oleh kelompok tertentu. Nilai moral yang terdapat pada karya sastra lebih mengarah kepada sifat kodrati manusia yang hakiki bukan pada aturan-aturan yang dibuat dan ditentukan oleh manusia.
Jenis nilai moral mencakup masalah yang bersifat tidak terbatas karena nilai moral ini mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan yang berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. Secara umum persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan menjadi empat hal, yaitu hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manuia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Keempat hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri berkaitan dengan pandangan hidup individu sendiri. Hal ini menyangkut bagaimana individu menyikapi konflik atau permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, bekerja keras, dan keterbukaan.
b. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya menyangkut pada keinginan yang dicapai oleh manusia antara lain keberhasilan, kebahagian, ketentraman, keselamatan, kepuasan, dan kesempurnaan. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan membutuhkan manusia lain untuk dapat mencapai keberhasilan, kebahagian, ketentraman, keselamatan, kepuasan, dan kesempurnaan dalam hidupnya. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya, yaitu keramahan dan kesopanan, kasih sayang, kesetiaan, teguh pendirian, jujur, bertangung jawab dan berani.
c. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan alam
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan alam menyangkut dengan hubungan yang erat antara manusia dan lingkungannya. Hubungan manusia dengan alam terwujud dalam bentuk penyatuan dan pemanfaatan. Dalam hal ini manusia diharuskan untuk mencari keselarasan dengan alam. Oleh sebab itu, manusia harus pandai dan bijak dalam pemanfaatan alam karena sesungguhnya alam menjadi sumber kehidupan bagi manusia.
d. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan tuhan
Hubungan manusia dengan tuhan merupakan hubungan yang paling mendasar dalam hakikat keberadaan manusia di dunia ini. Hal ini dikarenakan manusia pada dasarnya merupakan Homo religius yang berarti manusia beragama. Oleh sebab itu berbagai cara dilakukan manusia untuk menunjukan cinta mereka kepada tuhan. Hal ini diwujudkan dengan berbagai upacara ritual dan bersembahyang. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan tuhan, yaitu keimanan, ketaqwaan, dan ketawakalan
Moral menurut Salam (2000: 12) adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya. Remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar, dan sesuai dengan etika, Selly Tokan (dalam Asri Budiningsih, 1999: 5).Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa moral merupakan ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban, dan sebagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 327).Moral menurut Darajat (dalam Kamaruddin, 1985: 9) adalah kelakuan yang sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut. Tindakan ini haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Demoralisasi berarti kerusakan moral. Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :a. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.b. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia (Agus, 2011)Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral disebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih dan hanya moralitaslah yang dapat bernilai secara moral.Nilai moral dapat diperoleh di dalam nilai moralitas. Moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan hukum atau norma batiniah, yakni dipandang sebagai kewajiban.Menurut Kohlberg (1977: 5) penalaran atau pemikiran moral merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral. Oleh karena itu, untuk menemukan perilaku moral yang sebenarnya dapat ditelusuri melalui penalarannya. Artinya pengukuran moral yang benar tidak sekadar mengamati perilaku moral yang tampak, tetapi harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan perilaku tersebut.Bila dikatakan bahwa karya sastra itu semata-mata tiruan alam, maka dengan sendirinya sastra itu bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak memperjuangkan kebenaran. Dalam kenyataan ukuran kebenaran merupakan ukuran yang sering digunakan dalam menilai suatu karya sastra. Pembaca sering mempertanyakan tentang sesuatu yang diungkapkan pengarang itu mempunyai hubungan dengan kebenaran. Nilai-nilai moral atau lainnya dalam kehidupan sehari-hari, sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model-model atau sosok yang sengaja ditampilkan pengarang sebagai sikap dan tingkah laku yang baik atau diikuti minimal dicenderungi oleh pembaca.
Nilai moral yang terdapat pada karya sastra fiksi biasanya berkaitan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan yang memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut bersifat universal yang berarti sifat-sifat tersebut dipercayai kebenarannya dan dimilki oleh manusia sejagad raya. Hal ini dikarenakan sifat luhur tersebut tidak hanya bersifat kebangsaan, apalagi keseorangan, meskipun memang terdapat ajaran moral-kesusilaan yang hanya berlaku dan dipercayai oleh kelompok tertentu. Nilai moral yang terdapat pada karya sastra lebih mengarah kepada sifat kodrati manusia yang hakiki bukan pada aturan-aturan yang dibuat dan ditentukan oleh manusia.
Jenis nilai moral mencakup masalah yang bersifat tidak terbatas karena nilai moral ini mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan yang berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. Secara umum persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan menjadi empat hal, yaitu hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manuia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Keempat hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri berkaitan dengan pandangan hidup individu sendiri. Hal ini menyangkut bagaimana individu menyikapi konflik atau permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, bekerja keras, dan keterbukaan.
b. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya menyangkut pada keinginan yang dicapai oleh manusia antara lain keberhasilan, kebahagian, ketentraman, keselamatan, kepuasan, dan kesempurnaan. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan membutuhkan manusia lain untuk dapat mencapai keberhasilan, kebahagian, ketentraman, keselamatan, kepuasan, dan kesempurnaan dalam hidupnya. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya, yaitu keramahan dan kesopanan, kasih sayang, kesetiaan, teguh pendirian, jujur, bertangung jawab dan berani.
c. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan alam
Nilai moral dalam hubungan manusia dengan alam menyangkut dengan hubungan yang erat antara manusia dan lingkungannya. Hubungan manusia dengan alam terwujud dalam bentuk penyatuan dan pemanfaatan. Dalam hal ini manusia diharuskan untuk mencari keselarasan dengan alam. Oleh sebab itu, manusia harus pandai dan bijak dalam pemanfaatan alam karena sesungguhnya alam menjadi sumber kehidupan bagi manusia.
d. Nilai moral dalam hubungan manusia dengan tuhan
Hubungan manusia dengan tuhan merupakan hubungan yang paling mendasar dalam hakikat keberadaan manusia di dunia ini. Hal ini dikarenakan manusia pada dasarnya merupakan Homo religius yang berarti manusia beragama. Oleh sebab itu berbagai cara dilakukan manusia untuk menunjukan cinta mereka kepada tuhan. Hal ini diwujudkan dengan berbagai upacara ritual dan bersembahyang. Adapun nilai moral yang terdapat dalam hubungan manusia dengan tuhan, yaitu keimanan, ketaqwaan, dan ketawakalan
Moral menurut Salam (2000: 12) adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia.
Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya. Remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar, dan sesuai dengan etika, Selly Tokan (dalam Asri Budiningsih, 1999: 5).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa moral merupakan ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban, dan sebagainya (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 327).
Moral menurut Darajat (dalam Kamaruddin, 1985: 9) adalah kelakuan yang sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut. Tindakan ini haruslah mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Demoralisasi berarti kerusakan moral. Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
b. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia (Agus, 2011)
Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral disebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih dan hanya moralitaslah yang dapat bernilai secara moral.
Nilai moral dapat diperoleh di dalam nilai moralitas. Moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan hukum atau norma batiniah, yakni dipandang sebagai kewajiban.
Menurut Kohlberg (1977: 5) penalaran atau pemikiran moral merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral. Oleh karena itu, untuk menemukan perilaku moral yang sebenarnya dapat ditelusuri melalui penalarannya. Artinya pengukuran moral yang benar tidak sekadar mengamati perilaku moral yang tampak, tetapi harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan perilaku tersebut.
Bila dikatakan bahwa karya sastra itu semata-mata tiruan alam, maka dengan sendirinya sastra itu bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak memperjuangkan kebenaran. Dalam kenyataan ukuran kebenaran merupakan ukuran yang sering digunakan dalam menilai suatu karya sastra. Pembaca sering mempertanyakan tentang sesuatu yang diungkapkan pengarang itu mempunyai hubungan dengan kebenaran. Nilai-nilai moral atau lainnya dalam kehidupan sehari-hari, sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model-model atau sosok yang sengaja ditampilkan pengarang sebagai sikap dan tingkah laku yang baik atau diikuti minimal dicenderungi oleh pembaca.
Secara garis bersar, novel ini bercerita kehidupan kanak-kanak beberapa bocah di Belitong. Andrea Hirata memulainya dengan kisah miris dunia pendidikan di Indonesia dimana sebuah sekolah yang keurangan murid hendak ditutup. Sekolah tersebut adalah SD Muhammadiyah di Gantung Belitung Timur. Namun, karena murid yang terdaftar genap 10, sekolah dengan bangunan seadanyatersebut tetap diijinkan beraktifitas seperti biasanya. Ke-sepuluh murid tersebut adalah para laskar pelangi. Nama yang diberikan guru mereka bernama Bu Mus, oleh karena kegemaran mereka terhadap pelangi. Siapa saja mereka?
Tokoh dalam novel ini adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan juga Harun. Mereka adalah sahabat yang kisahnya memesona dunia lewat tangan dingin sang penulis. Buku laskar pelangi bercerita keseharian mereka di sekolah dan di lingkungan sosial. Mereka adalah anak-anak desa dengan tekad luar biasa. Perjalanan mereka dipenuhi kejadian yang tak terduga. Secara perlahan mereka menemukan keunggulan ddalam diri dan persahabatan. Ini mungkin yang menjadi titik fokus Andrea Hirata. Ia juga piawai menyisip komedi dalam kisah ini.
Sudut pandang bercerita dalam novel ini menggunakan orang pertama yakni “aku”. Aku sendiri adalah si Ikal. Ia anak yang pandai meski berada di urutan kedua setelah Lintang, bocah terpandai di dalam kelas mereka. Si Ikal ini menaruh minat yang besar pada sastra. Hal ini terlihat dari kegemarannya menulis puisi. Lain lagi dengan tokoh Lintang. Ia digambarkan sebagai anak yang sangat jenius. Orangtuanya seorang nelayan, yang miskin dan hanya tidak memiliki perahu. Mereka memiliki keluarga dalam jumlah yang melimpah, 14 kepala. Lintang sangat suka matematika. Namun, cita-citanya menjadi seorang ahli matematika harus terpangkas dengan tuntutan membantu orangtua menafkahi keluarga. Terlebih saat ayahnya meninggal.
Tokoh dalam novel ini adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan juga Harun. Mereka adalah sahabat yang kisahnya memesona dunia lewat tangan dingin sang penulis. Buku laskar pelangi bercerita keseharian mereka di sekolah dan di lingkungan sosial. Mereka adalah anak-anak desa dengan tekad luar biasa. Perjalanan mereka dipenuhi kejadian yang tak terduga. Secara perlahan mereka menemukan keunggulan ddalam diri dan persahabatan. Ini mungkin yang menjadi titik fokus Andrea Hirata. Ia juga piawai menyisip komedi dalam kisah ini.
Sudut pandang bercerita dalam novel ini menggunakan orang pertama yakni “aku”. Aku sendiri adalah si Ikal. Ia anak yang pandai meski berada di urutan kedua setelah Lintang, bocah terpandai di dalam kelas mereka. Si Ikal ini menaruh minat yang besar pada sastra. Hal ini terlihat dari kegemarannya menulis puisi. Lain lagi dengan tokoh Lintang. Ia digambarkan sebagai anak yang sangat jenius. Orangtuanya seorang nelayan, yang miskin dan hanya tidak memiliki perahu. Mereka memiliki keluarga dalam jumlah yang melimpah, 14 kepala. Lintang sangat suka matematika. Namun, cita-citanya menjadi seorang ahli matematika harus terpangkas dengan tuntutan membantu orangtua menafkahi keluarga. Terlebih saat ayahnya meninggal.
Tokoh lainnya adalah Sahara. Ia merupakan anak perempuan satu-satunya dalam cerita ini. Ia berpendirian kuat dan cenderung keras kepala. Sementara itu, Mahar, ia digambarkan bertubuh ceking dan mencintai seni. Ia suka menyanyi dan gemar pada okultisme. Tokoh berikutnya adalah A kiong. Dari namanya sangat jelas kalau ia merupakan keturunan Tionghoa. Ia sangat menyukai Mahar dan mengikutinya kemanapun. Ia digambarkan tak rupawan tetapi hatinya “tampan”.
Lanjut ke Syahdan. Perangainya ceria meski ia tak pernah menonjol dalam kelas. Sementara itu Kucai, adalah tokoh dalam cerita yang didaulat menjadi ketua kelas. Ia digambarkan menderita penyakit rabun jauh sebab ia kekurangan gizi. Borek, Trapani dan Harun adalah anggota laskar` pelangi yang terakhir. Borek digambarkan sebagai anak yang terobsesi dengan otot. Ia ingin menjadi lelaki yang paling macho. Trapani, ia tampan dan pandai. Ia lengket dengan sang ibu. Terakhir, Harun. Ia istimewa sebab ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Ia mengalami keterbelakangan mental. Namun menurut beberapa orang, tokoh Harun ini digambarkan dengan cukup manis sehingga banyak yang jatuh cinta pada sosoknya.
Novel laskar pelangi berkisah perjuangan hidup kesepuluh anak ini menghidupkan cita-cita di antara kehidupan mereka yang berat. Ada dinamika di dalamnya. Manis meski berat. Kisah khas anak-anak yang memandang dunia dengan ambisi yang sederhana. Andrea Hirata, meski banyak dihujat sebab mengklaim cerita ini nyata, memang terkesan berlebihan dalam beberapa hal. Namun toh, sebagai novel pembangun, Laskar Pelangi berhasil merubah secuil dunia pendidikan kita, merecharge semangat mereka yang lain untuk meraih ilmu.
Novel laskar pelangi berkisah perjuangan hidup kesepuluh anak ini menghidupkan cita-cita di antara kehidupan mereka yang berat. Ada dinamika di dalamnya. Manis meski berat. Kisah khas anak-anak yang memandang dunia dengan ambisi yang sederhana. Andrea Hirata, meski banyak dihujat sebab mengklaim cerita ini nyata, memang terkesan berlebihan dalam beberapa hal. Namun toh, sebagai novel pembangun, Laskar Pelangi berhasil merubah secuil dunia pendidikan kita, merecharge semangat mereka yang lain untuk meraih ilmu.
Pesan moral dalam bentuk agama,merupakan undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya dengan tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam.
Berikut ini,uraian tentang komponen pesan moral dalam bentuk agama dalam kaitannya dengan pesan moral yag terdapat dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata. Dan dapat kita lihat dalam kutipan berikut ini:
“Pak harfan berdiri di depan para orang tua wajahnya muram beliau bersiap-siap memberikan pidato terakhir wajahnya tampak putus asa”(Hirata,2008:6)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa cobaan apa pun yang sedang terjadi kita harus bisa menghadapinya dengan bersikap sabar karna pasti ada hikma di balik cobaan itu.Begitulah pak harfan menghadapi masalah yang terjadi disekolah muhammadiyah ternyata ada seorang anak laki-laki yang menjadi penyelamat sekolah muhammadiyah tidak jadi ditutup,seperti tertuang dalam kutipan berikut:
“Trapani berteriak sambil menunjuk kepinggir lapangan “harun”kami serentak menoleh dan di kejauhan tampak seorang pria kurus tinggi berjalan terseok-seok.pakaian dan sisiran rambutnya sangat rapi”(Hirata,2008:7)
Pria itu adalah harun,pria jenaka itu adalah pria terbelakang mental yang sudah berusia lima belas tahun,yang menjadi penolong sekolah muhammadiyah tetap dibuka.
Dalam kutipan berikut cara pak harfan memberikan pengajaran dan pesan kepada siswa muhammadiyah dengan penuh keikhlasan.
“Pak Harfan tampak amat bahagia menghadapi murid tipikal” (Hirata,2008:23)
Dalam kutipan di atas menunjukkan sikap pak harfan dalam menghadapi dan memberikan pengajaran kepada siswa yang mempunyai karakter yang berbeda-beda.berikut kutipannya:
“Guru yang sesunggunya,seperti dalam lingua asalnya,india,yaitu orang yang tak hanya mentransfer sebuah pelajaran,tetapi juga yang secara pribadi sahabat dan pembimbing spritual bagi muridnya” (Hirata, 2008: 23)
Kutipan di atas menunjukkan pak harfan mengajarkan kepada siswanya bahwa guru bukan saja sebagai orang yang memberikan ilmu kepada siawanya,tetapi juga sebagai teman dan pembimbing agama bagi siswanya.
Pada hakekatnya manusia disamping sebagai makhluk individual, juga sebagai mahluk sosial yang tidak dapat seorang diri terpisah dari manusia-manusia lain,dan pada dasarnya manusia diciptakan untuk dapat memberi kepada orang lain.Pernyataan di atas dapat kita lihat dalam kutipan di bawah ini:
“Memberilah sebanyak-banyaknya kepada orang lain ,bukan menerima sebanyak-banyaknya kepada orang lain”(Hirata, 2008: 24).
Kutipan di atas adalah pesan sang bapak kepala sekolah secara berulang-ulang kepada anak didiknya.
Pesan moral selanjutnya mengajarkan tentang budi pekerti kemuhammadiyaan yang menjelaskan tentang karakter yang dituntut islam dari seorang amir.amir dapat berarti pemimpin,seperti pada kutipan berikut:
“Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami tetapkan gajinya untuk itu,maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan”(Hirata,2008:71)
Kutipan di atas menunjukkan ibu mus sedang geram dengan korupsi yang meraja lelah dan beliau juga mengingatkan pentingnnya memegang amanah sebagai pemimpin dan alqur’an mengingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggung jawabkan di akhirat.
Berikut ini dapat pula kita lihat pesan moral dalam bentuk agama yang didapatkan oleh Ikal di sekolah Muhammadiyah Belitong. Berikut kutipannya:
“Di sekolah ini aku memahami arti keikhlasan, perjuangan dan integritas” (Hirata, 2008: 84)
Kutipan di atas menunjukkan rasa cinta Ikal terhadap sekolah Muhammadiyah yang bukan hanya mengajarkan tentang keikhlasan, perjuangan, dan integritas tetapi juga mewariskan tentang ide-ide besar Islam.
“Lebih dari itu, perintis perguruan ini mewariskan pelajaran yang amat berharga tentang ide-ide besar islam yang mulia, keberanian untuk merealisasi ide itu meskipun tak putus-putus dirundung kesulitan dan konsep menjalani hidup dengan gagasan memberi manfaat sebesar-besarnya untuk orang lain melalui pengorbanan tanpa pamrih” (Hirata, 2008: 85)
Kutipan di atas menunjukkan pujian yang disampaikan oleh Ikal kepada guru yang telah banyak memberikan ilmu tentang ajaran islam yang sangat berharga kepadanya dan juga kepada anggota Laskar Pelangi yang lain dan juga mengajarkan bagaimana cara menghadapi cobaan atau kesulitan dengan penuh kesabaran serta memberikan manfaat atau pertolongan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Kutipan berikut ini pak Harfan memberikan pidato yang berisi motivasi kepada siswa Muhammadiyah untuk menunjukkaan kepada dunia bahwa sekolah Muhammadiyah masih bisa bersaing dengan sekolah lainya karna sekolah Muhammadiyah adalah sekolah yang mengedepankan ajaran Islam. berikut kutipannya:
“sekolah kita adalah sekolah islam yang mengedepankan pengajaran nilai-nilai religi, kita hurus bangga dengan hal itu” (Hirata, 2008 :222)
Kutipan di atas menunjukkan pak Harfan memotivasi siswanya agar bisa menjaga nama sekolah Muhammadiyah dan harus mengedepankan nilai-nilai agama. Setelah mendengar pidato pak Harfan para siswa Muhammadiyah bersorak gembira dan berusaha untuk bisa ikut dalam acara karnaval. Berikut kutipannya:
“Kita harus karnaval,apapun yang terjadi” (Hirata, 2008: 222)
Kutipan di atas menunjukkan perkataan pak Harfan yang terus memotivasi Mahar dan kawan-kawanya agar bisa ikut karnaval.
Segala yang akan kita lakukan harus didasari dengan doa agar apa yang kita cita-citakan dapat terkabul, begitulah yang yang dilakukan siswa Muhammadiyah saat.Pertandingan karnaval akan dimulai. Berikut kutipannya:
“Sebelum parade kami berkumpul berpegangan tangan menundukkan kepala sambil berdoa mengharukan” (Hirata, 2008: 233)
Kutipan di atas menunjukkan siswa Muhammadiyah sedang berdoa sebelum pertandingan karnaval dimulai. Kesopanan merupakan salah satu pesan moral yang dijunjung tinggi dalam kehidupan menjadi baik buruk perilaku manusia dalam, berinteraksi dengan sesamanya sehingga kesopanan menjadi prinsip moral, apalagi di hadapan kitab Allah. Berikut kutipannya:
“jaga adatmu di muka kitab Allah anak muda” (Hirata, 2008: 253)
Kutipan di atas menunjukkan peringatan yang disampaikan kepada Syahdan pada saat sedang melakukan Khatam Alqur’an. Ikal memperingati Syahdan yang sedang berbicara kepada Ikal mengenai A Ling, tapi Syahdan tetap tak memperdulikan peringatan Ikal dia tetap melanjutkan pembicaraanya mengenai info tentang A Ling.berikut kutipannya:
“A Ling adalah sepupu A Kiong “ (Hirata, 2008: 253)
Kutipan di atas menunjukkan Syahdan sedang memberitahu Ikal bahwa A Ling adalah sepupu A Kiong, meskipun sedang melakukan Khatam Alqur’an.
Menyekutukan Allah merupakan hal yang harus kita hindari agar kita tidak tergolong kedalam orang yang musyrik,agama melarang kita agar tidak melakukan hal yang termasuk menyekutukan allah,seperti perdukunan dan jangan berteman dangan orang yang sering bermain dukun karna itu bisa menarik kita kedalam kemusyrikan,dapat kita lihat dalam kutipan berikut:
“Jangan bersahabat dengan orang yang gila perdukunan” (Hirata, 2008: 326)
Kutipan di atas menunjukkan larangan untuk tidak bersahabat dengan orang yang gila perdukunan. Didunia ini tidak ada manusia yang tidak memiliki cita-cita,semuaya pasti memiliki cita-cita maka dari itu senangtiasalah memanjatkan doa kehadirat Allah SWT. Berikut kutipannya:
“Cita-cita adalah doa”(Hirata, 2008: 343)
Kutipan di atas menujukkan Sahara memberikan nasehat kepada Syahdan yang bercita-cita menjadi seorang bintang film meskipun nasehatnya mengandung sindiran.
“Kalau tuhan mengabulkan doamu, dapatkah kubayangkan apa jadinya dunia perfilman Indonesia” (Hirata , 2008: 343).
Kutipan di atas menunjukkan Sahara sedang memberikan motivasi kepada Syahdan tapi disertai dengan sindiran.karna syahdan sebenarnya tidak mempunyai bakat di bidang akting. Kutipan berikut mengajarkan tentang pedoman kemuhammadiyaan yang disampaikan oleh ibu Mus kepada Mahar yang telah membelakangi ayat-ayat Allah demi perbuatan sesat yang telah ia lakukan selama ini yaitu perdukunan. Tampak dalam kutipan berikut ini:
“hiduplah dari ajaran Alqur’an, Hadits, dan Sunatullah, itulah pokok-pokok tuntunan muhammadiyah.insya allah nanti setelah besar engkau akan dilimpahi rejeki yang halal dan pendamping hidup yang sakinah”(Hirata, 2008: 350)
Kutipan di atas menunjukkan betapa pentingnya ajaran Alqur’an, Hadits, dan Sunatullah bagi keselamatan kita di dunia (akhirat) dan tidak ada duanya ajaran yang paling berharga selain ajaran yang ada pada kutipan di atas dan janganlah sekali-kali menyekutukan Allah dan jangan pula berbuat Syirik. Tampak pada kutipan berikut:
“Syirik adalah larangan tertinggi dalam islam” (Hirata, 2008: 351)
Syirik merupakan larangan tertinggi begitupun dengan Musyrik karna kedua perbuatan tersebut tidak bermanfaat tetapi malah menjerumuskan kita kedalam lembah dosa. Berikut kutipannya:
“Camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apa pun dari kemusyrikan” (Hirata, 2008: 352)
Kutipan di atas menunjukkan ekspresi ibu muslimah yang sedang memarahi Mahar yang tidak menghiraukan perkataan ibu Muslimah yang menyuruh agar ia secepatnya bertobat tetapi malah membantah perkataan ibu Muslimah dengan perkataan yang sudah kelewat batas. Maka janganlah mengikuti jejak Mahar yang sudah masuk ke dalam dunia gelap.
Ketabahan merupakan sikap yang harus kita tonjolkan ketika kita mengalami ujian dan kegelisahan begitulah yang dinasehatkan Trapani kepada Ikal, ketika Ikal cemas pada saat partandingan cerdas cermat akan dimulai tetapi bukan Trapani yang menjadi pasangan cerdas cermas melainkan Sahara yang tidak harapkannya menjadi pasangan cerdas cermat tersebut. Berikut kutipannya:
“Tabahkan hatimu Ikal” (Hirata, 2008: 367)
Kutipan di atas menunjukkan Trapani sedang memberikan nasehat kepada Ikal yang kelihatan cemas pada saat perlombaan cerdas cermat akan dimulai yang akhirnya menghasilkan kemenangan bagi siswa Muhammadiyah karna kecerdasan Lintang yang tak ada duanya.
Komentar
Posting Komentar